Intisari - Online.com -Relawan Belarusia membentuk batalyon untuk bergabung dengan militer Ukraina.
Batalyon ini bernama Kastus Kalinouski dan baru diumumkan sehari yang lalu bahwa mereka akan bergabung dengan militer Ukraina.
"Di hari penting ini untuk sejarah Belarusia, relawan batalyon Kastus Kalinouski mengambil janji setia. Batalyon kami adalah bagian dari Angkatan Bersenjata Ukraina. Relawan kami menulis janji dengan bahasa Belarusia. Kami yakin bahwa di masa depan teks ini akan menjadi dasar sumpah kami untuk tentara Belarusia sebenarnya," tulis pernyataan tersebut melansir news.storyua.com.
Batalyon Kastus Kalinouski
Batalyon relawan Belarusia dinamai Kastus Kalinouski, mengikuti nama penulis, jurnalis, dan tokoh revolusioner Belarusia Kastus Kalinouski.
Batalyon ini dibentuk di awal serangan skala penuh Rusia ke Ukraina, berisi hanya warga negara Belarusia.
Kastus Kalinouski di abad ke-19 merancang perlawanan melawan Kekaisaran Rusia di wilayah Belarusia.
Sebelumnya Direktorat Intelijen Utama Kementerian Pertahanan Ukraina melaporkan pembentukan unit khusus legiun internasional di struktur mereka.
Sudah diketahui juga bahwa lebih dari 3000 warga negara AS sudah mendaftar untuk bergabung dengan Legiun Internasional Ukraina.
Di antara mereka adalah para veteran dari Pasukan Bersenjata.
Warga Belarusia yang telah menjadi bagian dari kelompok lain seperti halnya para anggota baru, mengumumkan unit tersebut pada 9 Maret lalu.
Unggahan mereka di saluran media sosial berakhir dengan "Kejayaan untuk Ukraina! Hidup Belarusia!"
Keduanya adalah slogan bagi masing-masing pergerakan pro-demokrasi.
"Setiap 1 warga Belarusia bertanggung jawab untuk situasi di Ukraina," tulis unggahan permintaan penggalangan dana yang diunggah di Telegram pada 10 Maret lalu.
"Karena diam itu juga merupakan pembunuhan."
Banyak anggota batalyon juga datang dari Polandia dan Lithuania, yang menjadi tempat larinya pengasingan Belarusia mengikuti perpecahan yang dimulai tahun 2020.
"Ini penting bagiku dan bagi banyak orang lainnya untuk memisahkan diri dari rezim Lukashenko, yang hanya didukung oleh sebagian kecil masyarakat saja, dari mayoritas yang mendukung Ukraina atau yang jelas-jelas tidak berpartisipasi dalam serangan ini," ujar Pavel Slunkin, mantan diplomat Belarusia yang berhenti tahun 2020 dan kini menjadi analis di Dewan Hubungan Luar Negeri Eropa.
Empat hari setelah perang, Lukashenko mengadakan sebuah referendum, yang banyak dilihat sebagai manipulasi, yang menghapus status non-nuklir Belarusia, meningkatkan spekulasi bahwa Rusia dapat menyerang senjata nuklir jarak pendek ke Belarusia.
"Orang-orang ini di batalyon menguak gambaran lain," ujar Slunkin.
"Mereka menunjukkan kepada Ukraina bahwa Belarusia menuntut kebebasan dan membantu melawan untuk kebebasan di Ukraina," ujar Slunkin dikutip dari NY Times.
Ia menambahkan: "Di tahun 2020, perang antara demokrasi dan otokrasi terjadi di Belarusia. Namun Belarusia tidak menerima cukup dukungan. Kini perang terjadi di Ukraina."
Slunkin mengatakan bahwa ia juga yakin keterlibatan warga yang terasing penting untuk reputasi jangka panjang negara tersebut, sejak banyak warga Belarusia melarikan ke luar negeri karena Lukashenko dianggap sebagai pembangkang negara dan dapat menghadapi prasangka atas perang ini, mirip dengan apa yang terjadi pada pembangkang Rusia yang melarikan diri sejak Putin mengambil referendum memimpin sampai 2036.
Sebanyak 10.000 warga Belarusia yang melarikan diri ke Ukraina kini bergerak lagi, papar Slunkin.
Namun mereka menghadapi masalah karena banyak yang tidak mendapat izin tinggal, dan oleh karena itu tidak memiliki hak untuk perlindungan hukum di Uni Eropa sebagai pengungsi Ukraina.
Banyak juga yang tidak punya uang karena Ukraina telah membekukan akun bank warga Belarusia.