Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova saat itu menekankan, kegiatan tersebut melanggar Konvensi Senjata Biologis.
Rusia kemudian menggelar sidang Dewan Keamanan PBB tentang masalah ini, namun gagal mendapat dukungan.
Apa itu senjata biologis yang belakangan ini menjadi perbincangan, dan seberapa mengerikannya senjata yang satu ini?
Dikutip dari Medical News Today, The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mendefinisikan senjata biologis sebagai bentuk "pelepasan virus, bakteri, atau kuman secara sengaja sehingga bisa membuat penyakit yang dapat membunuh orang, ternak, atau tanaman."
Hal itu dapat dicapai dengan beberapa cara, seperti melalui semprotan aerosol; diletakan di dalam alat peledak; melalui makanan atau air; hingga disuntikkan langsung ke dalam kulit manusia.
Karena beberapa patogen kurang kuat dibandingkan yang lain, jenis patogen yang digunakan akan menentukan cara penyebarannya.
Memanfaatkan senjata semacam itu memiliki daya tarik tertentu saat perang. Pasalnya, senjata biologis memiliki potensi untuk menyebabkan kerusakan besar, dan juga cukup murah untuk diproduksi jika dibandingkan dengan rudal atau peralatan berteknologi tinggi lainnya.
Hingga kini, ada lima patogen yang menjadi senjata biologis dan kerap digunakan saat perang.
Pertama Antraks, di mana para ahli percaya bahwa saat ini, organisme yang paling mungkin digunakan dalam serangan bioterorisme adalah Bacillus anthracis, bakteri penyebab antraks.
Kemudian Cacar. Tidak seperti antraks, cacar dapat menyebar dari orang ke orang.
Cacar tidak lagi menjadi penyakit yang menjadi perhatian di dunia, karena sudah ada upaya vaksinasi bersama untuk membasminya.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR