Intisari-Online.com- Mungkin Anda pernah mendengar sejumlah kisah fiksi mengenai Drakula yang haus darah.
Namun siapa sangka bahwa sosok semacam itu memang ada dalam sejarah?
Bukan seperti yang digambarkan di cerita-ceria fiksi, sosok haus darah ini adalah Vlad III.
Dia adalah seorang pangeran abad pertengahan yang dikenal pada masa kejayaannya sebagai Dracula karena haus akan darah.
Seperti nama panggilannya yang lain, "Vlad the Impaler," dia menunjukkan kecenderungannya untuk menghukum musuh-musuhnya secara brutal.
Namun sejarawan modern kebanyakan mengetahui kisah Vlad berdasar teks abad ke-15, baik selama dan setelah masa pemerintahan Vlad.
Keakuratan historis dari teks-teks ini - banyak yang ditulis oleh musuh Vlad - tidak dapat dikonfirmasi.
Apakah Vlad III monster, atau penguasa abad pertengahan seperti yang lainnya? Dunia mungkin tidak pernah tahu pasti.
Vlad Pendendam
Pada 1442, Vlad III dan adik laki-lakinya, Radu, diserahkan kepada Sultan Murad II, yang saat itu menjadi penguasa Kekaisaran Ottoman.
Selama penahanan mereka, Vlad dan saudaranya diajari ilmu, filsafat dan seni.
Mereka juga diduga dididik dalam seni perang, menerima pelajaran menunggang kuda, dan ilmu pedang.
Terlepas dari apa yang dia pelajari dari para penculiknya, Vlad tidak senang menjadi tahanan.
Sebaliknya, adik laki-lakinya menyesuaikan diri dengan baik menjadi tawanan, menjalin persahabatan dengan putra Sultan, Mehmet II, dan akhirnya memeluk Islam.
Permusuhan ini mungkin menjadi motivasinya untuk berpihak pada Hongaria melawan Ottoman ketika ia akhirnya menjadi penguasa Wallachia pada 1448.
Vlad si Teroris
Kekejaman Vlad didokumentasikan dengan baik dalam teks-teks sejarah, tetapi yang sering diabaikan adalah bagaimana dia menggabungkan kekejaman ini dengan kelicikan untuk meneror musuh-musuhnya.
Misalnya, metode eksekusi pilihannya, bukan hanya cara sadis untuk menyingkirkan lawan-lawannya, tapi juga untuk menakuti mereka.
Pada 1462, Mehmet II (pada saat itu, sultan Utsmani), menyerbu Wallachia.
Ketika dia tiba di ibu kota Targoviste, dia menemukan tempat itu kosong.
Namun sisa-sisa membusuk dari tawanan perang Ottoman, masing-masing tertusuk paku, adalah satu-satunya tentara yang menyambutnya.
Siksaan seperti itu digunakannya sebagai bentuk teror bagi musuh.
Vlad sang Vampir
Banyak sejarawan telah menyiratkan bahwa kisah Drakula fiksi karya Stoker diilhami oleh Vlad III.
Beberapa sumber justru menyebut bahwa Vlad sendiri memang meminum darah manusia.
Dalam buku mereka tentang kesamaan antara Stoker's Dracula dan Vlad III - "In Search of Dracula" (Mariner, 1994) - Florescu dan McNally mengutip puisi Jerman abad ke-15 yang menggambarkan Vlad sebagai peminum darah.
Puisi itu menunjukkan bahwa Vlad suka makan di antara para korbannya yang tertusuk dan mencelupkan rotinya ke dalam darah mereka.
Tetapi interpretasi puisi ini secara tragis cacat.
(*)