Namun, ciptaannya itu bukan patung sederhana.
Patung itu ditempelkan dengan pipa dan peluit, berlubang di bagian dalam, dan dibangun di atas api yang menderu.
Patung banteng ini menjadi alat penyiksaan, dengan api yang cukup besar akan membakar jiwa-jiwa yang malang.
Mereka akan dilemparkan ke dalam banteng, di mana panas tubuh logamnya memanggang korbannya hidup-hidup.
Pipa dan peluit mengubah jeritan mereka menjadi dengusan dan geraman banteng, hal yang menurut Perilaus akan menggelitik Phalaris.
Diduga, Perilaus sendiri menjadi korban pertama dari banyaknya korban Brazen Bull.
Baca Juga: Begini Sejarah Sarekat Islam yang Didirikan Solo pada Tahun 1911
Namun, seperti banyak cerita dari zaman kuno, kebenaran banteng ini sulit untuk diverifikasi.
Penyair dan filsuf terkenal Cicero mengingat banteng sebagai fakta, dan sebagai bukti kekejaman penguasa yang kejam dalam rangkaian pidatonya Di Verrum.
“... yang merupakan banteng mulia itu, yang dikatakan telah dimiliki oleh tiran paling kejam, Phalaris, di mana dia terbiasa menempatkan manusia sebagai hukuman, dan menempatkan api di bawahnya.”
Cicero kemudian menggunakan simbol Brazen Bull untuk mewakili kekejaman Phalaris dan bertanya-tanya apakah rakyatnya mungkin bernasib lebih baik di bawah kekuasaan asing daripada menjadi sasaran kebrutalannya.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR