Oleh karena itu, banyak jalan di Mesir yang diberi nama sesuai karakter asing.
Sebagai peringatan 500 tahun invasi Sultan Selim ke Kairo dan berakhirnya era Mamluk di negara itu, pemerintah Mesir mengakui bahwa Sultan Selim I bukanlah simbol patriotik, melainkan seorang penjajah yang datang untuk menguasai Mesir dan memanfaatkan sumber dayanya.
Jalan ini dinamai Selim I pada paruh kedua abad ke-19, di bawah pemerintahan Mohamed Ali.
Era Sultan Selim I dibedakan dari era sebelumnya, karena penaklukannya beralih ke timur bukan Eropa Barat. Negaranya diperluas hingga terdiri dari Syam (Levant), Irak, Hijaz (Arab barat) dan Mesir. Dia sangat dihormati di Turki modern.
Sultan Selim I mencapai Mesir setelah dia menginvasi Suriah, dan dia mengirimkan tawaran rekonsiliasi kepada penguasa Tuman Bey dengan satu syarat: bahwa Tuman Bey harus mengakui otoritasnya, namun Tuman Bey menolak.
Pada tanggal 23 Januari 1517, Sultan Selim membunuh Tuman Bey dan menggantung tubuhnya selama tiga hari di Bab Zuweila, sebuah gerbang yang masih ada di tembok Kairo Lama, sampai burung-burung liar memusnahkan tubuhnya.
Dia berperang dan melakukan ketidakadilan terhadap rakyat Mesir, menghancurkan Kesultanan Mamluk, dengan Kairo sebagai ibukotanya, yang mencakup Hijaz, Syam dan Yaman, memecahnya menjadi negara-negara kecil yang berafiliasi dengan Kekaisaran Ottoman.
Selim I juga membubarkan tentara Mesir, yang mampu mengkonsolidasikan kekuatannya 250 tahun kemudian.
Beberapa pihak menyarankan untuk mengganti nama Sultan Selim dengan Ali Bey Al Kabir, yang dianggap sebagai komandan Mamluk pertama yang menghadapi Kekaisaran Ottoman, membangun kembali tentara Mesir dan memberikan kemerdekaan kepada Mesir dari Ottoman selama beberapa tahun.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR