Intisari - Online.com -Perang Rusia-Ukraina memasuki babak baru, kini AS semakin gencar memberikan sanksi kepada Rusia.
Aksi ini tidak sepenuhnya didukung oleh sekutu-sekutu AS atau Barat.
Namun, ada sekutu AS yang akhirnya ikut membantu.
Jepang memutuskan untuk mengabaikan kedaulatannya dengan bergabung dalam "paduan suara sanksi" terdiri dari Barat, dan mengorbankan bertahun-tahun negosiasi dengan Rusia agar membantu Washington.
Hal ini seperti disampaikan Ketua Komite Duma Negara untuk Hubungan Internasional, Leonid Slutsky, dalam saluran telegramnya.
Melansir TASS, Slutsky juga mengatakan bahwa "sanksi anti-Rusia tidak akan tidak kami jawab".
"Jepang, setelah memutuskan mengabaikan kedaulatannya sendiri, telah bergabung dengan kelompok paduan suara sanksi Barat… Jepang mengorbankan negosiasi puluhan tahun hanya untuk Washington dalam memutuskan sebuah kesepakatan perdamaian, dan juga kepentingan warga negaranya, yang kehilangan kesempatan mengunjungi Kepulauan Kuril Selatan tanpa visa," tulis Slutsky.
Slutsky juga mencatat bahwa dialog memutuskan aktivitas ekonomi gabungan juga sudah hancur.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan bahwa Moskow sedang menghapus pembicaraan kesepakatan perdamaian dengan Tokyo.
Hal ini karena larangan unilateral baru Jepang terhadap Rusia atas situasi di Ukraina.
Pengorbanan Jepang
Pengorbanan Jepang memilih berpihak kepada AS ini tidak bisa lepas dari ancaman yang pernah diterima Jepang.
Tahun ini sudah 22 tahun dijatuhkannya bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945.
Dijatuhkannya bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki ini dilaksanakan oleh Sekutu untuk menandai berakhirnya Perang Dunia II.
Jepang runtuh saat itu dan kerusakan sangat besar terjadi.
Jumlah korban yang terbunuh saat itu tercatat sebanyak 140.000 jiwa dari 350.000 jiwa penduduk yang ada di kota Hiroshima.
Sementara itu di Nagasaki pada 9 Agustus sebanyak 74.000 orang terbunuh karena bom atom.