Intisari-Online.com -Amerika Serikat lagi-lagi menyeret negara lain untuk terlibat dalam perang Rusia-Ukraina.
Padahal, Ukraina saja jelas-jelas sudah jadi korban bualan dari janji-janji yang dilontarkan Negeri Paman Sam.
Negara yang dipimpin oleh Volodymyr Zelenskyini diminta untuk berani menantang Rusia dengan diiming-iming menjadi anggota NATO.
Namun apa daya, saat Vladimir Putin memutuskan untuk menyerang Ukraina, Amerika Serikat justru tak menurunkan satu pun pasukannya.
Amerika Serikat hanya merespons serangan Rusia dengan menjatuhkan sanksi-sanksi yang pada dasarnya memang akan menguntungkan negaranya.
Salah satunya berupa pembekuan aset-aset para miliarder Rusia yang tidak lebih dari upaya untuk mengakuisisi kekayaan para milarder tersebut.
Tindakan lain yang dilakukan AS hanyalah mendorong negara-negara lain, khususnya anggota NATO, untuk membantu Ukraina baik dengan bantuan makanan maupun senjata.
Bahkan kini, seperti dilansir Sputnik News,AS mulai melebarkan bualannya ke negara lain, yaitu Turki.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, dibujuk agar sudi untuk mengirimkan senjata canggih buatan Rusia untuk membantu Ukraina.
Senjata canggih yang dimaksud adalah sistem pertahanan rudal S-400 yang dikenal sangat mematikan.
Dalam artikel yang diterbitkan olehReuters, disebutkan bahwa"Para pejabat AS telah menyampaikan saran tersebut selama sebulan terakhir dengan rekan-rekan Turki mereka tetapi tidak ada permintaan khusus atau formal yang dibuat".
Sumber tersebut juga menambahkan bahwa masalah itu "juga muncul sebentar" selama kunjungan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman ke Turki pada awal Maret.
Reutersjuga menyebutkan bahwapermintaan ASmengenai S-400 tersebut merupakan "bagian dari diskusi yang lebih luas antara Sherman dan pejabat Turki tentang bagaimana Amerika Serikat dan sekutunya dapat berbuat lebih banyak untuk mendukung Ukraina dan tentang bagaimana meningkatkan hubungan bilateral".
Padahal, keberadaanS-400 yang diboyong Ankara dari Moskow pada 2017 justru yang telah membuat hubungan Turki-AS memanas.
Washington mengklaim bahwa Ankara tidak bertindak seperti anggota NATO ketika membeli persenjataan dari Rusia.
Sementara pemerintah Turki berpendapat bahwa pihaknya memiliki hak untuk meningkatkan pertahanan negara sesuka hati, terutama mengingat AS menunda penjualan sistem pertahanan udara Patriotnya ke Turki.
Bahkan, seperti halnya Rusia, Turki pun sampai dijatuhi berbagai sanksi ekonomi oleh AS gara-gara pembelian S-400 tersebut.
Namun, kini, AS malah melihat S-400 tersebut sebagai peluang untuk menjadi senjata makan tuan bagi Rusia.
Ya, AS berharap agar S-400 justru akan menjadi senjata yang akan membuat serangan-serangan rudal Rusia mati kutu.
Saking ngebetnya dengan tujuan tersebut, AS bahkan sampai dikabarkan rela untuk menyerahkan pesawat tempur tercanggihnya, yaitu F-35 generasi kelima kepada Turki.