Intisari-Online.com - Invasi Rusia ke Ukraina sekaligus menempatkan nyawa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam bahaya.
Beberapa waktu lalu dilaporkan bahwa sudah ada tiga plot pembunuhan terhadap Zelensky.
Namun upaya itu telah digagalkan berkat informasi yang diberikan oleh elemen-elemen yang tidak puas dalam dinas keamanan Rusia.
Menurut Metro.co.uk, pasukan elit Chechnya dan tentara bayaran yang terkait dengan Grup Wagner telah dikirim ke ibu kota untuk menargetkan pemimpin Ukraina tersebut.
Namun, Zelensky rupanya hanya menjadi korban atas keputusan yang diambil pendahulunya.
Pada hari Sabtu, seorang penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Alexey Arestovich, mengatakan bahwa mantan presiden Petro Poroshenko ikut bertanggung jawab atas konflik yang sedang berlangsung dengan Rusia, melansir RT, Sabtu (19/3/2022).
Pejabat itu menunjuk pada keputusan Poroshenko untuk menulis aspirasi NATO ke dalam konstitusi negara.
Klausul tersebut, yang menguraikan jalur Kiev untuk menjadi anggota penuh (Uni Eropa) UE dan aliansi NATO yang dipimpin Amerika Serikat (AS), ditambahkan ke dalam konstitusi Ukraina pada Februari 2019 dan tak lama sebelum pemilihan presiden.
Langkah itu adalah aksi PR murni untuk mantan presiden, namun ternyata memiliki konsekuensi jangka panjang, Arestovich mengatakan kepada media lokal.
“Ketika Poroshenko memperkenalkannya, itu adalah teknologi PR pra-pemilihan pribadinya. Dia tahu sebelumnya bahwa NATO tidak akan pernah menerima kita. Tidak sedikit kesalahan atas apa yang terjadi sekarang di Ukraina terletak pada mereka yang mengadopsi dan mempromosikan ketentuan konstitusional ini,” katanya, menyiratkan bahwa anggota parlemen Ukraina yang mendukung klausul itu juga disalahkan.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR