'Tidak Akan Ada Keruntuhan Ekonomi', Rusia Yakin Ekonominya Tidak Akan Pernah Runtuk Meski Dikenai Banyak Sanksi, Rupanya Karena Hal Ini

Tatik Ariyani

Editor

Ilustrasi. Presiden Rusia Vladimir Putin
Ilustrasi. Presiden Rusia Vladimir Putin

Intisari-Online.com -Invasi Rusia ke Ukraina yang dimulai 24 Februari 2022 lalu mendorong sejumlah negara-negara di dunia menjatuhkan sanksi kepada Rusia.

Sanksi-sanksi tersebut seperti larangan investasi hingga pembekuan aset terhadap para pemimpin Rusia dan oligarki, serta penolakan akses ke bandara dan wilayah udara.

Akses Rusia ke sistem pembayaran internasional SWIFT juga telah dikurangi.

Mereka telah menjatuhkan sanksi untuk menghalangi Rusia melakukan invasinya terhadap Ukraina lebih lanjut.

Uni Eropa telah melarang semua perusahaan yang berbasis di wilayahnya untuk berdagang atau berinteraksi dengan Rusia di sektor teknologi.

AS mengeluarkan kebijakan untuk membatasi penggunaan layanan dari operator seluler Rusia Rostelecom.

AS juga telah membatasi dua bank terbesar Rusia, dan hampir 90 anak perusahaan lebaga keuangannya di seluruh dunia pada Kamis (24/2/2022).

Inggris mengumumkan 10 poin sanksi terhadap Rusia, termasuk pembekuan aset dua bank terbesar Rusa dan memblokir perusahan-perusahaan Rusia untuk berbisnis di Inggris.

Baca Juga: Gagal Dapat Bantuan Jet Tempur, Fasilitas Perbaikan Jet MiG-29 Andalan Ukraina pun Dihancurkan Rusia

Baca Juga: Didesak Seisi Bumi Supaya Segera Lakukan Negosiasi Damai, Vladimir Putin Malah Sebut Ukraina Pilih Tunda Negosiasi dengan Rusia, Apa Penyebabnya?

Meski sanksi yang dikenakan pada Rusia begitu besar, namun Rusia optimis bahwa ekonominya tidak akan runtuh.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan pada hari Sabtu, bahwa Ekonomi Rusia tidak akan pernah runtuh karena sanksi.

"Kami memiliki semua kemungkinan untuk pengembangan sendiri. Sanksi sebelumnya telah banyak membantu kami, memaksa kami untuk mengembangkan substitusi impor di semua sektor, termasuk di bidang sains, untuk mengembangkan teknologi, produk, dan obat-obatan baru," katanya, menulis di saluran Telegramnya, melansir TASS, Sabtu (19/3/2022).

"Pemerintah telah mengambil keputusan untuk mendukung masyarakat dan ekonomi: tunjangan sosial, pembiayaan ekstra sektor teknologi tinggi, pertanian, sektor perbankan."

“Tidak akan ada keruntuhan ekonomi,” dia meyakinkan.

Selain itu, "Rusia memiliki banyak mitra yang dapat diandalkan tidak hanya di ruang pasca-Soviet, tetapi juga di China, Asia Tenggara, negara-negara Afrika," katanya.

"Ini adalah pasar yang besar dan menjanjikan, yang tidak begitu bertentangan dengan pasar Eropa. Hasil dari kemitraan dan kerja sama ini cukup nyata."

Dia mengingat "gambar ironis yang diposting oleh juru bicara kementerian luar negeri China di jejaring sosial - peta dunia seperti yang dilihat oleh politisi Barat."

Baca Juga: Konferensi Asia Afrika Mendasari Pembentukan Organisasi Bernama Apa?

Baca Juga: Weton Hari Jawa Minggu Kliwon, Orang Minggu Kliwon Disebut-sebut akan Sukses Dalam Bidang Apapun

"Hanya teman dan sekutu mereka - Eropa Barat, Amerika Serikat, Australia. Tanpa Rusia, China, Afrika, Asia ... Pulau-pulau kecil di lautan tak terbatas. Cukup jelas," katanya.

"Mereka mungkin menyebut diri mereka 'miliar emas' tetapi ada lebih banyak orang di dunia dan beberapa logam lebih mahal daripada emas. Omong-omong, kami juga memproduksinya. Jadi, ini adalah pertanyaan besar siapa yang mengisolasi siapa."

Artikel Terkait