Advertorial
Intisari-Online.com - Hampir sebulan berlalu sejak Rusia resmi melancarkan operasi militer di Ukraina dan membuat negara tersebut porak-poranda.
Militer Rusia masih terus menyerang Ukraina, sementara perundingan untuk menyelesaikan konflik ini masih berlangsung.
Dunia masih menanti bagaimana konflik yang menimbulkan kekhawatiran Perang Dunia III ini akan berakhir.
Dalam perundingan Rusia-Ukraina, terungkap apa yang diinginkan Rusia untuk berdamai dengan Ukraina.
Melansir 24h.com.vn (19/3/2022), Kepala perunding Rusia mengatakan bahwa Moskow dan Kiev telah membuat kemajuan tertentu dalam pertemuan tersebut dan telah mencoba untuk mencapai konsensus tentang status netral Ukraina.
Pada 18 Maret, kepala negosiator Rusia dengan Ukraina, Vladimir Medinsky, mengatakan bahwa Moskow dan Kiev telah membuat kemajuan tertentu dalam negosiasi yang sedang berlangsung.
Kedua belah pihak telah mencoba untuk menjembatani kesenjangan dalam pandangan mereka tentang keadaan masa depan Ukraina, RT melaporkan.
“Topik diskusi tentang status netralitas dan non-aksesi Ukraina ke NATO adalah salah satu isu penting dari negosiasi. Ini adalah masalah yang coba didamaikan oleh para pihak," kata Medinsky.
"Kemudian rincian mulai mengenai jaminan keamanan yang diterima Ukraina melampaui apa yang akan terjadi jika Ukraina menolak untuk bergabung dengan NATO," ungkapnya.
Medinsky mengatakan masalah lain, yaitu tuntutan Rusia untuk "demiliterisasi" dan "de-fasis" Ukraina masih menjadi bahan perdebatan.
Ia mengungkapkan bahwa delegasi hanya "setengah" dalam menemukan kesamaan dalam masalah demiliterisasi, dan bahwa masalah de-fasisme adalah "cukup aneh" karena Ukraina menyangkal keberadaan negara neo-fasisme dalam hal ini negara.
"Rekan-rekan Ukraina saya percaya bahwa tidak ada pasukan Nazi di Ukraina," kata kepala negosiator Rusia.
Sebelumnya, pada 17 Maret, dalam panggilan telepon dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengajukan sejumlah permintaan kepada Rusia dan Ukraina untuk merundingkan perdamaian.
Secara khusus, Moskow ingin agar Kiev setuju bahwa Ukraina adalah negara netral dan tidak berlaku untuk bergabung dengan NATO.
Kemudian, bahwa Ukraina harus melucuti senjata agar tidak menjadi ancaman bagi Rusia, melindungi bahasa Rusia di negara itu, dan harus melakukan "pelucutan senjata" fasisme".
Adapun persyaratan yang lebih sulit lainnya, Putin akan bertemu dengan presiden Ukraina untuk membahas lebih detail, kata juru bicara Presiden Turki Ibrahim Kalin.