Kini Tinggal Sejengkal Jadi Orang Nomor Satu di Timor Leste, Dulu Ramos Horta Malah Dituduh Antek Indonesia, Nyaris Dihukum Mati Jika Tak Diselamatkan Negara Afrika Ini

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Jose Ramos-Horta
Jose Ramos-Horta

Intisari-Online.com - Melansir Channel Asia, Senin (21/3/2022), peraih Nobel Jose Ramos-Horta meraih posisi terdepan dalam pemilihan presiden Timor-Leste.

Meski begitu, keputusan akhirnya tinggal satu langkah lagi yakni menunggu hasil putaran kedua nanti.

Negara termuda di Asia itu mengadakan pemilihan presiden kelimanya sejak kemerdekaan dari Indonesia pada 2002, dengan tokoh perlawanan Jose Ramos-Horta memimpin dengan 45,7 persen setelah 64 persen suara telah dihitung, menurut data dari badan penyelenggara pemilu negara itu.

Namun tahukah Anda bahwaJose Ramos-Horta berhutang nyawa pada Mozambik?

Karena para pejabat dari negara Afrika menyelamatkannya dari eksekusi selama pembersihan internal pada tahun 1980.

Setelah invasi Indonesia, elemen-elemen Fretilin menjadi semakin radikal, menekankan interpretasi fundamentalis terhadap Marxis-Leninisme.

Pada pertengahan 1977 seruan untuk revolusi rakyat di sepanjang garis Mao dimulai.

Ironisnya, tuduhan fundamentalisme komunis dan kecenderungan Maois yang digunakan oleh Indonesia untuk membenarkan invasi tersebut terwujud sebagai akibat dari invasi tersebut.

Baca Juga: Sosok Mengerikan di Balik 'Pahlawan' Timor Leste Terungkap, Mantan Pastor Asal Amerika Dipenjara 12 Tahun Karena Pelecehan Seksual Anak di Timor Leste

Baca Juga: 22 Tahun Jadi Tempat Ribuan Warga Timor Leste Meregang Nyawa Setelah Hasil Referendum Keluar, Kota Ini Jadi Penyelamat Bumi Lorosae dari Kemelaratan Setelah Tambang Migas Ditemukan

Dihadapkan pada pembersihan internal, program pendidikan ulang dan keadilan revolusioner ala Pengawal Merah, akhir tahun 1970-an adalah saat yang berbahaya untuk menjadi anggota Fretilin.

Pada tahun 1978, sebuah 'plot' terungkap setelah menteri dalam negeri Alarico Fernandes dikecam sebagai pengkhianat karena membelot ke Indonesia (yang lain berpendapat bahwa dia hanya ditangkap dan dipaksa untuk bekerja sama).

Apapun kebenarannya, ketika Horta kembali ke Mozambik pada tahun 1980, ia ditangkap sebagai kaki tangan Fernandes oleh Rogerio Lobato (yang telah menerima pelatihan dari Khmer Merah Kamboja yang terkenal) dan dijatuhi hukuman mati.

Sesaat sebelum eksekusinya, pejabat dari Frelimo Mozambik datang ke kedutaan de facto Fretilin di Maputo di mana mereka menghadapi orang Timor.

"Apa yang Anda lakukan adalah keputusan Anda. Anda berdaulat di sini, di gedung ini," agen Frelimo menjelaskan.

"Tapi jika Anda mengeksekusi Horta kami akan mengusir Anda, dan tidak ada orang lain di dunia ini yang akan menerima Anda atau memperhatikan apa pun yang Anda katakan. Dia adalah satu-satunya kredibilitas internasional yang Anda miliki," katanya

Berkat intervensi ini, Horta dibebaskan segera setelah itu dan dikirim kembali ke Washington, di mana dia pernah bekerja sebagai atase pers di kedutaan Mozambik.

Dalam peran inilah Horta membantu mendirikan lobi Mozambik pertama di ibu kota Amerika, serta mengatur kunjungan untuk pejabat tinggi Mozambik.

Baca Juga: Pantas Masih Pakai Dollar AS Meski Bikin Harga Kebutuhan Melambung Tinggi, Ternyata Ini Alasan Timor Leste Gunakan Dollar sebagai Mata Uang Resmi

Baca Juga: Diprediksi Bakal Bangkrut Usai Tambang Minyaknya Mengering, Ekonomi Timor Leste Justru Dinyatakan Bakal Pulih, Bahkan Ada Sektor yang Disebut Naik Dua Kali Lipat

(*)

Artikel Terkait