Intisari-Online.com -Garuda Pancasila merupakan lambang negara Indonesia yang berbentuk burung garuda dengan kepalanya yang menoleh ke sebelah kanan.
Burung Garuda tersebut mencengkeram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika.
Tepat di tengah dada burung Garuda terdapat perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda.
Tahukah Anda siapa perancang lambang Negara Indonesia?
Sultan Hamid II adalah perancang lambang Negara Indonesia.
Fokky Wasitaatmadha dalam buku Spiritualisme Pancasila (2018), mengatakan bahwa perancangan lambang Garuda Pancasila dlakukan oleh Sultan Hamid II yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Sukarno.
'Bergelimang' dosa
Jasa besar Sultan Hamid II dalam merancang lambang negara Garuda Pancasila terkikis oleh beberapa dosa yang ditudingkan kepadanya.
Dia dituduh bersekongkol dengan salah satu pembantai terburuk dalam sejarah Indonesia, Westerling, dalam peristiwa APRA 1950 di Bandung.
Kasus inilah yang pada akhirya menyeret Sultan Hamid ke dalam jeruji besi selama 10 tahun lamanya.
Padahal, menurutsejarawan Anhar Gonggong, "Ada persyaratan UU, tidak mungkin dia diterima (sebagai pahlawan nasional), karena pernah dihukum selama 10 tahun".
Tak cukup sampai di situ, Sultan Hamid II juga dituduh pernah berencana untukmembunuh Menteri Pertahanan Hamengku Buwono IX.
Patriotisme pria kelahiran Pontianak tahun 1913 ini juga diragukan oleh Anhar.
Hal ini terkait dengan dokumen yang menyebutkan bahwa Sultan Hamid II "menandatangi sebagai mayor jenderal dan ajudan istimewa Ratu Belanda Wilhelmina pada 1946."
SementaraHendropriyono menyoroti sikap Sultan Hamid II yang tidak sepakat denganperubahan bentuk negara dari federal (Republik Indonesia Serikat) menjadi kesatuan.
"Dia ingin tetap federalis, dia ingin tetap menjadi sultan," kata Hendropriyono.
Siapakah Sultan Hamid II?
Sultan Hamid II memiliki nama lengkap Sultan Syarif Hamid Alkadri dari Kasultanan Pontianak.
Dilansir Historia, Sultan Hamid II adalah Sultan ke-7 dari Kasultanan Qadriyah Pontianak.
Sultan Hamid II lahir di Pontianak 12 Juli 1913 dari pasangan Sultan ke-6 Syarif Muhammad Al-Qadri dan Syecha Jamilah Syarwani.
Sultan Hamid II memperoleh pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung.
Kemudian meneruskan ke Hogeere Burger School (HBS) di Bandung dan HBS V di Malang. Ia sempat sekolah di Technische Hooge School (THS) (sekarang ITB), tapi keluar dan masuk ke Akademi Militer Belanda (Koninklijke Militaire Academie) di Breda, Belanda.
Setelah lulus pada 1938, ia bergabung Koninklijke Nederlandsche Indische Leger (KNIL) dan bertugas di Malang, Bandung, Balikpapan.
Ia diangkat menjadi Sultan ke-7 pada 29 OKtober 1945. Pada 1946, Sultan Hamid II diangkat menjadi ajudan Ratu Kerajaan Belanda, Wilhelmina.
(*)