Advertorial
Intisari-Online.com - Margaret dari valois merupakan putri Catherine de Medici yang berkuasa dan Raja Henry II dari Prancis.
Ia kemudian menjadi Ratu Navarre setelah menikah dengan Henry dari Navarre, juga menjadi Ratu Prancis setelah kakak-kakaknya meninggal.
Seperti banyak putri kerajaan, pernikahan Margaret diatur sedemikian rupa dalam kepentingan politik.
Awalnya, Sang Ibu Catherine berencana untuk mengatur pernikahan Margaret dengan Carlos, putra Phillip II dari Spanyol, namun negosiasi gagal.
Catherine memutuskan untuk mencari kandidat yang akan lebih bersyukur dan loyal di masa depan, maka terpilih Henry dari Navarre, yang juga karena keputusan saudaranya Charles IX.
Persatuan tersebut terinspirasi oleh Catherine, yang khawatir tentang masa depan dinasti keluarga.
Masalah utama adalah tidak adanya putra mahkota untuk menjadi raja setelah kematian Catherine dan ketiga putranya.
Akhirnya Margaret menikah dan menjadi Ratu Navarra pada tahun 1572, dan beberapa tahun kemudian ketakutan Catherine de Medici menjadi kenyataan.
Semua putranya meninggal, sehingga Raja Henry dari Navarre menjadi Raja Henry IV dari Prancis pada tahun 1589, sementara Margaret menjadi Ratu.
Pernikahan Margaret dan Henry dari Navarre sendiri terkait dengan skandal agama.
Pernikahan mereka berlangsung antara pengantin pria Huguenot (Protestan Calvinis Prancis) dan pengantin Katolik hanya enam hari setelah pembunuhan dan kekerasan Hari St Bartholomew yang terkenal terhadap Huguenot.
Sejarawan berpendapat bahwa serangan besar-besaran terhadap orang-orang Protestan dipicu oleh Catherine de Medici, tetapi Margaret menyelamatkan Henry dan orang-orang Protestan penting lainnya dari kematian.
Bahkan setelah pembantaian itu, hubungan Catherine dan putrinya menjadi tegang.
Mereka sangat mirip, tetapi pada saat yang sama mereka berdiri di dua sisi konflik yang berbeda.
Segera setelah itu, Henry menyarankan agar dia masuk Katolik meskipun tidak ada rencana nyata untuk melakukannya.
Pada 1576, pasangan itu melarikan diri ke Pau dekat Pyrenees. Jauh dari Paris, mereka tidak perlu lagi berpura-pura memiliki pernikahan yang bahagia.
Baca Juga: Tak Mahal, Minum Jus Wortel untuk Sarapan di Pagi Hari Ternyata Bisa Mencegah Penyakit Mematikan Ini
Mereka saling menyukai, tetapi tidak ada cinta antara suami dan istri. Bahkan, mereka terang-terangan memiliki kekasih lain.
Margaret penuh gairah, sementara suaminya yang lebih fokus pada sastra, politik, dan frustrasinya sendiri tidak terlalu menarik baginya.
Dia dikatakan memiliki banyak romansa dan perselingkuhan, meski beberapa dari cerita ini hanya gosip.
Kekasihnya yang dikonfirmasi adalah: Joseph Boniface de La Mole, seorang bangsawan dari Marseille, Louis de Bussy d'Ambroise, seorang bangsawan dari istana Henry III, Jaques de Harlay, seorang bangsawan dan Grand Squire dari adik bungsu Margaret– Francis Duke of Anjou.
Kebebasan Margaret dan Henry berakhir pada tahun 1582, ketika Margaret jatuh sakit dan harus kembali ke Paris.
Margaret dikenal sebagai sosok pemberontak. Bahkan tindakannya membuat ia dijebloskan dalam tahanan.
Upayanya untuk mempengaruhi politik, melindungi Protestan, dan upaya berbahaya untuk mengontrol pengadilan dan hidupnya sendiri menyebabkan Margaret dipenjarakan oleh saudara laki-lakinya Henry III selama delapan belas tahun.
Dia tinggal di kastil Usson, di Auvergne, terjadi pada masa pemerintahan saudara laki-lakinya, tetapi juga pada masa suaminya -yang memutuskan untuk menceraikannya.
Meski, untuk mempertahankan kekuasaan Henry harus mengizinkan Margaret resmi menjadi Ratu Prancis.
Bagaimana pun, ia masih populer sebagai putri Catherine dan orang-orang percaya bahwa Margaret juga seorang Katolik yang baik.
Dia menghabiskan bertahun-tahun di penjara menulis memoarnya; di mana dia menggambarkan skandal dan perjuangan saudara laki-laki dan suaminya melawan satu sama lain untuk mendapatkan kekuasaan.
Margaret meninggal pada 27 Maret 1615, kemudian dimakamkan di kapel pemakaman Valois di Royal Basilica of St Denis.
Tteapi, selama Revolusi Prancis, Margaret menjadi salah satu korban kemarahan kaum revolusioner. Peti matinya dipindahkan dan dihancurkan, dan jenazahnya mungkin dikuburkan di suatu tempat di sekitar Basilika, di kuburan umum.
(*)