Intisari-Online.com - Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi ekonomi kepada Rusia terkait perang Rusia dan Ukraina.
Masalahnya dampak sanksi ekonomi dari perang Rusia dan Ukraina ini malah menjadi masalah sendiri bagi Amerika Serikat (AS) dan dunia.
Diketahui AS dan beberapa negara sekutunya menghentikan suplai migas dari Rusia pasca serangan ke Ukraina.
Nah, hal ini telah mengakibatkan melambungkan harga komoditas global, khususnya minyak dan gas.
Akibatnya terjadi krisis energi.
Melihat hal ini pun, AS dilaporkan berencana untuk membeli minyak dari dua musuh besarnya.
Yaitu Iran dan Venezuela.
Dilansir dari Channel News Asia pada Jumat (11/3/2022), tujuannya untuk memastikan keamanan energi di Negeri Paman Sam.
Akan tetapi dua negara itu masih menerima sanksi dari AS.
Iran misalnya yang dijatuhi sanksi yang cukup keras terkait nuklir.
Sementara Venezuela sempat dituduh AS menjalankan pemerintahan secara tidak demokratis.
Namun demi masalah minyak ini, Gedung Putih mengatakan AS mau bernegosiasi dengan dua negara itu.
Bahkan pihak AS sudah bertemu dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro.
Diskusi berjalan baik, diplomatis, dan ramah. Nampaknya baik AS dan Venezuela sama-sama puas.
Bagaimana dengan Iran?
Saat ini, kedua negera masih membuka pembicaraan. Namun sebelum bicara soal minyak, mereka mau membicarakan nuklir.
Diketahui sanksi ekonomi yang diterima Rusia bisa membuat dunia alami masalah besar.
Sebab memboikot impor minyak dan gas dari Rusia bisa mengakibatkan harga minyak mentah dunia semakin mahal.
Akibatnya kondisi pasar global saat ini semakin panas.
Bahkan harga minyak dunia dilaporkan telah menyentuh level tertinggi sejak 2008 dengan menembus 120 dollar AS per barrel.
Jika seperti ini terus, ada dugaan harga minyak bisa tembus lebih dari 300 dollar AS per barrel.
Melihat kondisi ini, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak tak ambil pusing.
Dia bahkan terkesan tidak peduli jika negara-negara Eropa ataupun negara di dunia alami masalah.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR