Intisari-Online.com – Buku The Unwomanly Face of War, adalah salah satu buku paling terkenal tentang Perang Patriotik Hebat, di mana perang ditampilkan melalui mata seorang wanita.
Ekaterina Mikhailova-Dyomina, mewakili salah satu wanita dalam buku yang menunjukkan keberanian besar selama Perang Dunia Kedua.
Dia merupakan salah satu dari sedikit wanita yang bertugas di Marinir Soviet.
Ekaterina Mikhailova (Katya) lahir di Leningrad pada tahun 1925, yang kehilangan orangtuanya saat usianya masih dini.
Ayahnya adalah seorang komandan Tentara Merah dan meninggal pada tahun 1927, disusul ibunya yang kemudian meninggal karena penyakit tifus.
Katya memiliki kakak laki-laki dan perempuan, dia pun tinggal di panti asuhan untuk bersekolah, namun kemudian tinggal bersama kakak perempuannya.
Pada musim panas 1941, Ekaterina telah lulus dari kelas 9 dan kursus keperawatan.
Mengisi liburan musim panasnya, dia bepergian dengan kereta api ke tempat kakak laki-lakinya di Brest, yang bertugas sebagai pilot di perbatasan negara bagian.
Pagi hari itu tanggal 22 Juni, kereta yang ditumpangi Katya jatuh karena pengeboman pesawat Jerman.
Semua yang selamat, termasuk Katya, pergi ke Smolensk dengan berjalan kaki.
Katya mengingat, “Kami pergi ke Smolensk. Selama empat hari, kami berjalna di sepanjang jalan raya Minsk-Moskow. Saat mendekati Smolensk, kami bertemu truk yang leat, dan itu sukses besar.”
Di Smolensk, Katya mendengar dari pengeras suara bahwa perang telah dimulai.
Radio pengeras suara itu juga menyebutkan, “Anggota Komsomol secara sukarela maju ke garda depan.”
Sebagai anggota Komsomol yang berusia 15 tahun, Ekaterina Mikhailova pergi ke komisariat militer, namun dia diusir.
Tetap berada di kota yang tidak dikenalnya, Katya berjalan di sepanjang jalan sampai dia mleihat tentara di tepi Dnieper.
Katya membujuk mereka untuk membawanya sebagai tenaga medis.
“Mereka membawa saya. Mereka memberi saya tas medis. Saya bersama mereka dalam pertempuran di dekat Yelnya, hal yang mengerikan.”
Katya memberikan bantuan medis kepada prajurit infanteri yang terluka, namun pada musim gugur di dekat kota Gzhatsk, dia mengalami luka serius di kakinya, lalu pergi ke rumah sakit pertama di Ural, kemudian di Baku.
Setelah pulih, Katya meninggalkan rumah sakit dan pergi ke kantor pendaftaran militer, agar dapat diterima, dia memalsukan usianya pada dokumen dengan menambahkan dua tahun.
Dia pun berhasil bergabung dan mulai Januari 1942, Katya memasuki layanan sebagai perawat untuk kapal rumah sakit militer Krasnaya Moskva.
Selama pertempuran di dekat Stalingrad, Krasnaya Moskva membawa banyak orang yang terluka dan mengangkut mereka melintasi laut ke Krasnovodsk.
Saat berada di kapal, Katya mendengar di radio bahwa batalion sukarelawan sedang dibentuk di Baku, maka dia pun memutuskan untuk bergabung dengan sukarelawan.
“Saya ingin pergi ke sana. Saya tahu bagaimana para pelaut bertempur. Di mana mereka berada, di situ ada kemenangan. Saya pergi ke komandan di kapal Bailov ... "
Sayangnya, komandan kapal menolak karena mereka tidak membawa perempuan dalam pasukannya, namun Katya mencoba membujuk komandan, tetap saja tidak berhasil.
Tanpa kehilangan harapan, Katya menulis surat ke Moskow (menurut versi lain, surat itu ditujukan pada Stalin) dengan permintaan untuk mendaftarkannya di Batalyon Marinir ke-369.
Setelah 28 hari, komandan batalyon menerima surat yang memerintahkannya untuk membawa Ekaterina Mikhailova ke dalam batalion dan dia diizinkan masuk ke Korps Marinir.
Katya menerima medali pertamanya untuk ‘keberanian’ pada bulan September 1943, melansir War History Online.
Saat mendarat di dekat Temryuk, sekitar 500 marinir tewas di Semenanjung Taman.
Meski melukai dirinya sendiri, Katya membantu 17 pejuang dan membawa mereka keluar dari medan perang, membuat rekan-rekannya mulai menyebutnya sebagai ‘saudara perempuan’.
Pada November 1943, batalion ke-369 mengambil bagian dalam pertempuran sengit di dekat Kerch.
Pada malam hari dari pantai Taman, para wanita terbang dengan pesawat U-2 dan menjatuhkan persediaan makanan, tetapi kekurangan air, sementara sumur dengan air terletak di wilayah netral antara Rusia dan Jerman.
Sementara tentara batalion tertidur, Katya mengambil langkah putus asa.
“Saya pergi ke sumur, mengikat tali ke ember. Saya mendengar suara di belakang saya. Saya melihat ke belakang dan di sebuah bukit sekitar tiga puluh meter jauhnya ada seorang Jerman.
Dia mengambil harmonika dari sakunya dan mulai mengatakan sesuatu. Sepertinya dia bertanya siapa nama saya. Saya berkata, Katyusha. Sebagai tanggapan, saya mendengar, ‘A, Katyusha! Haha.”
Untunglah, tentara Jerman itu tidak membunuhnya karena percaya dia hanyalah seorang wanita muda biasa.
Marinir dari batalion 369 itu memegang posisi mereka di dekat Kerch, namun ketika situasi memburuk, mereka berjalan sejauh 20 kilometer dan merebut Gunung Mithridates.
Terjadi pertempuran sengit, dan Katya merawat tentara yang terluka saat berada di bawah tembakan dari Jerman.
Untuk jasanya itu dia dianugerai Order of the Patriotic War, yang pada lembar penghargaannya, tertulis,
“Selama pertempuran sengit, petugas medis Ekaterina Mikhailova menunjukkan dirinya dengan berani, di bawah tembakan musuh, dia membalut 85 tentara dan perwira yang terluka, dan membawa 13 yang terluka dari medan perang.”
Pada 22 Agustus 1944, Marinir dari batalyon 369 menyeberangi muara Dniester, Katya juga membantu penyerangan bunker musuh dan penangkapan tentara musuh selama pertempuran.
Dan untuk jasanya itu, Katya dianugerahi Ordo Spanduk Merah pertamanya.
Pada awal Desember 1944, ia mengambil bagian dalam operasi untuk merebut pelabuhan Prahovo dan benteng Ilok, meski terluka tetapi Katya tetap breada di barisan membantu tentara yang terluka lainnya.
Unit itu terpaksa memanjat pohon karena banjir dan air yang membeku, namun mereka terus menembaki dari posisi mereka di pepohonan, tetapi banyak yang terbunuh atau terluka dan jatuh ke air yang membekukan.
Katya tertembak di tengan, tetapi melompat ke air untuk membantu yang terluka, dia menggunakan ikat pinggang dan sling senapan untuk menempelkan tentara yang terluka ke pohon dan mencegah mereka tenggelam, lalu memberikan pertolongan pertama dan menarik 17 marinir dari medan perang.
Karena terluka dan melemah karena pneumonia, Katya dievakuasi ke rumah sakit, dan atas tindakan kepahlawanannya itu dia kembali diberi Ordo Spanduk Merah.
Setelah pulih, Ekaterina mengambil bagian dalam penyerbuan Wina dan terus berperang dengan unitnya.
Setelah perang, dia menjadi dokter dan terus membantu orang, hingga akhirnya menikah.
Baru pada tahun 1990, dia akhirnya dianugerahi gelar Pahlawan Uni Soviet, yang diberikan oleh Mikhail Gorbachev.
Pada tahun 1964, ia dan sutradara Victor Lisakovich membuat film dokumenter berjudul Katyusha, yang menerima hadiah Golden Dove of the World.
Pada tahun 2008, film dokumenter lain Katyusha Bigg and Small dibuat tentang kisahnya.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari