Namun menurut Saleh As’ad Djamhari, sejarawan dan pemerhati militer, Perang Jawa itu sudah disiapkan selama 12 tahun.
“Diponegoro telah melakukan konspirasi dalam senyap dengan sabar, tertutup, dan rahasia,” ungkapnya sebagaimana diwartakan National Geographic.
Sang pangeran itu membentuk jaringan dengan para bekel, demang, bupati, ulama, santri, dan petani untuk menyusun kekuatan.
Lewat dana sokongan dari para bangsawan dan perampasan konvoi logistik Belanda, dia menyiapkan pabrik mesiu di pinggiran Yogyakarta dan membeli bedil locok berpicu—mungkin buatan Prusia.
Lebih jauh, para pasukan Pangeran Diponegoro ditengarai sebagai para pemadat.
Candu secara luas digunakan sebagai obat perangsang dan bagian ilmu ketabiban Jawa untuk menyembuhkan aneka penyakit.
Ketika perasaan anti-China pada bulan-bulan awal peperangan sedikit mereda, orang Cina mendapat keuntungan sebagai bandar candu di garis belakang.
Selama Perang Jawa ada laporan bahwa banyak prajurit Diponegoro jatuh sakit karena ketagihan madat.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR