Intisari-Online.com-SosokPangeran Diponegorodikenal sebagai pahlawan legendaris.
Pangeran Diponegoro memimpin kurang lebih 100,000 pasukan.
Sedang pasukan Belanda dipimpih oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock yang memiliki kekuatan 50.000 pasukan.
Perang Jawa yang dikobarkanPangeran Diponegoropada tahun 1825-1830 membuat Belanda kehilangan ribuan tentara dan biaya.
Akibat perang ini, penduduk Jawa yang tewas mencapai 200.000 jiwa
Ia lahir di Yogyakarta pada 11 November 1785.
Pangeran Diponegoromerupakan putra tertua Sultan Hamengkubuwono III.
Peter Carey, sejarawan Inggris dalam 'Takdir: Riwayat Pangeran Diponegoro (1785-1855),' mengungkap bahwaPangeran Diponegoro gemar minum anggur, merek favoritnya yakni Constantia.
Baca Juga:Inilah Jawaban Sebenarnya Mengapa Pemerintah Hindia Belanda Paksa Laksanakan Tanam Paksa
Anggur itu berasal dari Tanjung Harapan dan dia sering minum-minum bersama orang-orang Eropa.
Meski begitu, Pangeran Diponegoro tidak berlebihan dalam meminum anggur.
Lebih jauh, dia beranggapan bahwa meminum anggur putih yang diberi orang Eropa tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Hal itu lantaran meminum anggur putih yang manis dijadikan 'obat penawar' bila mabuk anggur merah.
Perang Jawa sendiri dipicu oleh reformasi tanah yang dilakukan Belanda untuk melemahkan perekonomian para bangsawan Jawa.
Perang dengan Belanda Dikutip dari beritaKompas.com, Perang Diponegoro dimulai ketika Belanda memasang tanda di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo.
Geram dengan aksi tersebut, sang Pangeran kemudian menantang Belanda.
Perang Diponegoro menyebar luas hingga ke Pacitan dan Kedu.
Beberapa tokoh saat itu juga bergabung. Seperti Kyai Maja, tokoh agama di Surakarta, kemudian SISKS Pakubuwono VI, dan Raden Tumenggung Prawirodigdaya.
Tahun 1827, posisi Diponegoro terjepit karena Belanda menyerang dengan lebih dari 23.000 prajurit.
Pada 1829, Kyai Maja ditangkap. Menyusul kemudian Sentot Alibasya.
Pada tanggal 28 Maret 1830, pasukan Belanda yang dipimpin Jenderal De Kock berhasil mendesak Diponegoro di Magelang.
Namun menurutSaleh As’ad Djamhari, sejarawan dan pemerhati militer,Perang Jawa itu sudah disiapkan selama 12 tahun.
“Diponegoro telah melakukan konspirasi dalam senyap dengan sabar, tertutup, dan rahasia,” ungkapnya sebagaimana diwartakanNational Geographic.
Sang pangeran itu membentuk jaringan dengan para bekel, demang, bupati, ulama, santri, dan petani untuk menyusun kekuatan.
Lewat dana sokongan dari para bangsawan dan perampasan konvoi logistik Belanda, dia menyiapkan pabrik mesiu di pinggiran Yogyakarta dan membeli bedil locok berpicu—mungkin buatan Prusia.
Lebih jauh, para pasukan Pangeran Diponegoro ditengarai sebagai para pemadat.
Candu secara luas digunakan sebagai obat perangsang dan bagian ilmu ketabiban Jawa untuk menyembuhkan aneka penyakit.
Ketika perasaan anti-China pada bulan-bulan awal peperangan sedikit mereda, orang Cina mendapat keuntungan sebagai bandar candu di garis belakang.
Selama Perang Jawa ada laporan bahwa banyak prajurit Diponegoro jatuh sakit karena ketagihan madat.
(*)