Intisari-Online.com - Resmi! Presiden Rusia Vladimir Putin telah meluncurkan "operasi militer khusus" di wilayah Donbas timur Ukraina.
Peluncuran operasi militer khusus itu langsung disampaikan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Putin mendesak tentara Ukraina yang menghadapi pemberontak yang didukung Rusia untuk meletakkan senjata dan kembali ke rumah mereka.
Putin mengatakan Rusia tidak berencana untuk menduduki Ukraina.
Tetapi memperingatkan bahwa sikap Rusia akan tergantung bagaimana Ukraina membalasnya.
Hingga berita ini diturunkan telah terjadi ledakan di beberapa kota Ukraina, dan tembakan di dekat bandara utama Boryspil di ibukota Kyiv.
Sikap Rusia ini langsung dikomentari Presiden AS Joe Biden.
"Presiden Putin telah memilih perang yang akan membawa korban jiwa dan penderitaan manusia," kata Biden.
"Dunia akan meminta pertanggungjawaban Rusia."
Soal konflik Rusia dan Ukraina, seberapa besar kemungkinannya untuk meningkat menjadi perang yang lebih luas?
Benarkah kita akan menyaksikan awal dari Perang Dunia 3?
Dilansir dari bbc.com pada Kamis (24/2/2022), para ahli mengatakan seburuk apapun situasi di perbatasan Rusia-Ukraina saat ini, hal ini tidak melibatkan konfrontasi militer langsung antara NATO dan Rusia.
Meski AS dan Inggris masih harap-harap cemas.
Seberapa mungkin konflik ini menjadi perang yang lebih luas masih tergantung pada sejumlah faktor.
Seperti siapa Anda, di mana Anda berada, dan apa yang dilakukan Rusia selanjutnya.
Jika Anda adalah tentara Ukraina garis depan di Ukraina timur, maka jelas situasinya sangat berbahaya.
Dan bagi jutaan orang Ukraina, ketakutan tentang bagaimana krisis akan berdampak pada kehidupan sehari-hari di masa depan.
Akan tetapi hanya Presiden Putin dan orang-orang kepercayaannya yang tahu seberapa banyak dia berniat mengirim pasukannya ke Ukraina.
Selama kekuatan invasi potensial Rusia tetap berkumpul di perbatasan, bahkan ibu kota Kyiv dan kota-kota lain tidak akan aman dari serangan.
Masalahnya ada sebuah garis merah jika Rusia mengancam negara anggota NATO.
Berdasarkan Pasal 5 NATO, seluruh aliansi militer barat wajib datang untuk membela negara anggota mana pun yang diserang.
Dan Ukraina bukanlah anggota NATO, meskipun mereka telah mengatakan ingin bergabung.
Sedangkan negara-negara Eropa Timur seperti Estonia, Latvia, Lituania atau Polandia - yang pernah menjadi bagian dari orbit Moskow di masa Soviet - semuanya sekarang menjadi anggota NATO.
Tentu negara-negara itu merasa gugup. Karena bisa saja pasukan Rusia tidak hanya menyerang Ukraina.
Tapi juga menggunakan invasi ini untuk menyerang negara-negara Baltik.
Jika Rusia berani menyerang mereka, maka barulah NATO akan mengirim bala bantuan untuk mendukung anggotanya di Eropa Timur sebagai pencegah.
Jika NATO turun tangan, barulah kita mungkin harus waspada.
Sebab selama tidak ada konflik langsung antara Rusia dan NATO maka tidak ada alasan untuk takut.
Terakhir, baik Rusia dan AS memiliki lebih dari 8.000 hulu ledak nuklir yang dapat digunakan.
Sehingga taruhannya di sini sangat tinggi.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR