Intisari-Online.com - Beberapa waktu lalu, Indonesia menghebohkan dunia setelah membeli puluhan jet tempur asal Prancis.
Dilansir dari kompas.com, Indonesia rupanya membeli 42 jet tempur Rafaleyang diproduksi oleh pabrikanPrancis,Dassault Aviation.
Pembelian itu sendiri dilakukan oleh Kementerian Pertahanan Indonesia (Kemenhan).
Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto danMenteri Pertahanan Prancis Florence Parly bahkan hadir ketika penandatangan dilakukan.
Rupanya selain memperkuat kekuatan udara Indonesia, Menhan Prabowo juga ingin memperkuat kekuatan air Indonesia.
Tak lama setelah pembelian jet tempur Rafale, Indonesia juga berencana membeli dua buah kapal selam Scorpene.
Rupanya kapal selam Scorpene juga berasal dari Prancis.
Kali ini,PT PAL Indonesia (Penataran Angkatan Laut) dan NAVAL Grup dari Perancis yang melakukan penandatangan.
Bagaimana kehebatankapal selam Scorpene?
Dilansir dari military-today.com pada Rabu (23/2/2022), kapal selam Scorpene rupanya memiliki berbagai senjata.
Di antaranya rudal jarak jauh, torpedoanti-kapal dan anti-kapal selam.
Selain itu, kapal selam ini juga mampuanti-kapal dan anti-kapal selam.
Jika berbicara soal kecepatan, maka kapal selam ini bisa melajulebih dari 20 knots (37 kilometer/jam) di dalam air.
Sedangkanmelaju 12 knots (22 kilometer/jam) di permukaan.
Lalu kapal selam yang isa membawa 32 kru ini bisa menyelam hingga 350 meter.
Karena kemampuannya yang hebat, kapal selamScorpene langsung menjadi incaran beberapa negara.
MisalnyaAngkatan Laut Chili, Angkatan Laut India, dan Brasil.
Bahkan negara tetangga kita, Malaysia juga membeli kapal selam jenis ini.
Sayangnya pembelian kapal selam ini di Malaysia terkena skandal besar.
Yakniskandal 1MDB yang menimpa mantan Perdana Menteri MalaysiaNajib Razak.
Dilaporkan olehfrance24.com pada tahun 2018 silam, di antara skandal1MDB ada kesepakatan kontroversial senilai 1,2 miliar Dollar AS yang ditandatangani16 tahun lalu.
Waktu itu, NajibadalahMenteri Pertahananyang membeli dua kapal selam kelas Scorpene.
"Najib sedang diperiksa sehubungan dengan pembelian dua kapal selam kelas Scorpene," seorang pejabat di dalam Komisi Anti-Korupsi Malaysia (MACC) yang mengetahui penyelidikan yang sedang berlangsung, mengatakan kepada AFP.
Kesepakatan kapal selam telah lama terperosok dalam kontroversi.
Pembuat kapal selam Prancis - yang kemudian disebut DCNS - diduga telah membayar lebih dari 114 juta Euro sebagai suap kepada perusahaan cangkang yang terkait dengan Abdul Razak Baginda, rekan dekat Najib yang menengahi kesepakatan itu.
Kasus itu semakin penuh kontroversi ketikaNyonya Razak Baginda dari Mongolia, Altantuya Shaariibuu, yang dikatakan telah menuntut pemotongan untuk menerjemahkan selama negosiasi, ditembak mati.
Lalu tubuhnya diledakkan dengan bahan peledak plastik kelas militer di dekat Kuala Lumpur pada tahun 2006.
Kasus tersebut menghilang setelah pengadilan Malaysia pada tahun 2008 membebaskan Razak Baginda dari kasus pembunuhan itu.
Sejak itu,DCNS berubah nama menjadi Naval Group.