Penulis
Intisari-Online.com - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto membeli 42 jet tempur Rafale dari Prancis.
Dan itu bukanlah satu-satunya rencanaMenteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto.
Selain membeli 42 jet tempur Rafale,Kementerian Pertahanan (Kemenhan) juga akan membeli jet tempur lainnya.
Salah satunyaF-15 IX dari Amerika Serikat (AS).
Pembelian puluhanpesawat-pesawat tempur itu sendir bukanlah tanpa alasan.
Ini sebagai tanda kesiapan pesawat tempur Indonesia yang beberapa tahun terakhir ini alami kemunduran.
Sebab sudah banyak pesawat tempur Indonesia yang sudah tua.
Padahal sebagai salah satu negara dengan militer terkuat di dunia, Indonesia memerlukan pesawat tempur untuk melindungi kedaulatan.
Jangan sampai kejadian yang terjadi di salah satu perairan di Indonesia terjadi lagi danIndonesia tidak punya persiapan.
Memang apa yang terjadi?
Dilansir daritheguardian.com pada Minggu (20/2/2022), nyawa personel Angkatan Pertahanan Australia dilaporkan terancam karena China.
Departemen pertahanan Australia melaporkan bahwakapal Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat memakai laser.
Lalu laser ini deteksi oleh pesawatAngkatan Pertahanan Australia.
Pada Kamis 17 Februari, P-8A Poseidon mendeteksi laser yang menyinari pesawat saat terbang di atas pendekatan utara Australia, kata pertahanan.
Laser terdeteksi berasal dari kapalChina.
“Penerangan pesawat oleh kapal China adalah insiden keselamatan yang serius,” katanya.
“Kami sangat mengutuk tindakan militer yang tidak profesional dan tidak aman."
“Tindakan ini bisa membahayakan keselamatan dan nyawa personel ADF.”
Lalu apa hubungannya dengan Indonesia?
Rupanya kejadian itu terjadi diLaut Arafura.
Laut Arafura merupakankawasanlautIndonesia yang sangat berpotensi untuk sumberdaya ikan.
Perairan initerletak di bagian timur Indonesia danmerupakan bagianlautIndonesia yang sangat dinamis.
Diketahui kejadian antara Australia dan China ini terjadi ketika kapal China transitmelalui Selat Torres dan berada di Laut Koral.