Dari keterangan warga yang menghuni daerah di dekat Candi Jiwa, bahwa dulunya gundukan tanah yang menutupi candi tersebut dilewati oleh hewan ternak. Namun, hewan ternak tersebut mati tanpa sebab yang jelas.
Masih dari cerita warga, gundukan tanah yang menonjol itu pernah dijadikan tempat sebagian warga mengungsi akibat banjir yang melanda. Lagi-lagi tanpa sebab yang jelas, beberapa hewan ternak, juga warga sekitar harus kehilangan ‘jiwanya' di tempat tersebut.
Dari situlah, masyarakat sekitar menganggap tempat itu memiliki ‘jiwa’, karena tidak hanya sekali yang mati tanpa sebab yang jelas.
Sumber lain mengatakan, kata Jiwa sendiri berasal dari salah satu dewa dalam keyakinan masyarakat Hindu, yaitu Dewa ‘Syiwa’.
Hal tersebut didasarkan dari pengaruh aksen Sunda yang memengaruhi penyebutan nama ‘Syiwa’ dari waktu ke waktu sehingga menjadi nama Jiwa.
Namun, pendapat tersebut menjadi lemah, karena dari beberapa penemuan justru mengerucutkan bahwa Candi Jiwa tersebut lebih condong kepada candi peninggalan Buddha.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR