'Saya Senang Berbuat Dosa', Kisah Festival Lupercalia, Pesta Masyarakat Romawi Kuno yang Penuh Berahi, Berakhir Berkat 'Martir Suci' yang Lahirkan Hari Valentine

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(Ilustrasi) Perayaan Lupercalia
(Ilustrasi) Perayaan Lupercalia

Intisari-Online.com - Peringatan hari Valentine sebenarnya berakar dari tradisi pesta-pesta seksual kuno.

Pada tanggal 14 Februari, Bangsa Romawi merayakan Febris, pesta seks suci untuk menghormati dewi cinta,Juno Februa.

Pesta-pesta ini juga bertepatan dengan musim kawin burung-burung di Italia.

Ritual inidari waktu ke waktu tergabung denganupacara Lupercalia, perayaan yang melibatkan praktik kekerasan seksual dan pengorbanan.

Selama Lupercalia,pria dan wanita menuliskan nama mereka pada catatan cinta atau billet.

Lalu diundi untuk menentukan siapa pasangan berhubungan badan mereka dalam perayaan tersebut.

Sulpicia, seorang penyair Romawi abad pertama SM, menggambarkan pengalamannya mengikuti perayaan Lupercalia tersebut:

"Akhirnya cinta telah datang. Saya lebih malu berbalut kain daripada telanjang.Saya berdoa kepada Muse dan dikabulkan."

Baca Juga: Dirayakan Sebagai Hari Kasih Sayang, Mengapa Valentine Selalu Identik dengan Cokelat? Begini Penjelasan Sejarawan Makanan!

Baca Juga: Kisah Sang Legenda Santo Valentine, Si 'Pelopor' Hari Kasih Sayang

"Venus menjatuhkannya ke dalam pelukanku, ia melakukan apa saja seperti yang telah dijanjikan."

"Biarlah kegembiraanku menjadi cerita, sehingga turut menghiasi kisah bagi mereka yang tuna asmara. ..."

"Saya senang berbuat dosa dan saya benci berpura-pura memakai topeng lalu bergosip.Kami bertemu.

"Kami berdua patut dihormati."

Pada waktu itu, Gereja Kristen awal menganggap perayaan tersebut sebagai perbuatan tercela, namun pihak Gereja tak bisa berbuat apa-apa untuk menghentikannya.

AKhirnya, diciptakanlah seorang 'martir suci' yang kelak hari rayanya akan diperingati setiaptanggal 14 Februari.

Hari St. Valentine pertama dirayakan pada tahun 468 M.

Pada awalnya, Gereja berusaha untuk melembagakan praktik pertukaran billet yang dicetak dengan teks khotbah dan ayat-ayat suci.

Baca Juga: Kisah Hidup Mpu Sindok: 'Kehancuran Dunia' Jadi Alasan Raja Pertama Mataram Kuno Periode Jawa Timur yang Pindahkan Kerajaan dari Jawa Tengah

Baca Juga: Kisah Ana Nzinga Mbande, Ratu Afrika yang Tak Kenal Takut Berjuang untuk Kebebasan Kerajaannya Lawan Penjajah Portugis dengan Pakaian Pria, Miliki 60 Harem Pria yang Berpakaian Seperti Wanita

Hal itu dilakukan untuk mendorong orang-orang pada tingkah laku yang saleh.

Meski begitu eksperimen tersebut gagal.

Padaabad keempat belas, perayaan Hari Valentine telah kehilangan makna sucinya yang dibangun oleh Gereja selama lebih dari seribu tahun kembali ke bentuk pesta-pesta 'kuno.'

Baca Juga: Kisah Yu Gwan Sun, ‘Joan of Arc’ Korea, Diadili Atas Hasutan dan Pelanggaran Hukum, Disiksa dan Dipukuli Secara Brutal Saat Invasi Jepang, Tetap Teriakkan ‘Hidup Kemerdekaan Korea!’

Baca Juga: Dalam Dirinya Mengalir Darah Jenghis Khan, Inilah Kisah Babur, Seorang Muslim yang Dirikan Kekaisaran Mughal di India, Perang Lawan Paman dan Saudaranya Sendiri demi Pertahankan Takhta

(*)

Artikel Terkait