Namun alasan sebenarnya adalah mencari korban untuk pelampiasan nafsu bejatnya.
Paman sang raja mendengar keluhan warga, lalu si paman yang bernama Arung Saotanre itu menasehati keponakannya.
Batara Wajo III mendengarkan nasehat sanaknya, tapi tidak mengubah perbuatan bejatnya.
Akhirnya Batara Wajo La Pateddungi To Samallangi menyuruh gantung kelambu pada hari pasar dan menyuruh untuk mencari perempuan orang-orang Wajo yang disukainya lalu diperkosa.
“Jangan engkau lakukan perbuatan yang demikian yang tidak disukai oleh orang-orang Wajo dan dibenci oleh Dewata Yang Esa, bila engkau hendak mengambil perempuan, yang gadis saja engkau ambil untuk diperistrikan,.
Batara Wajo III berpura-pura mendengarkan nasehat paman agar sang paman tidak lagi menasehatinya.
Ia bahkan nekat akan memberi tanda kepada para wanita baik yang bersuami maupun tidak.
"Baiklah disuruh tandai diri orang-orang yang bersuami supaya bertapong dan bertopi. Maka memakai Tapong dan bertopilah wanita-wanita yang bersuami, namun tidak diubahnya juga perbuatan Batara Wajo, baik yang bertapong maupun yang bertopi diambilnya juga. Berganti-gantilah para arung di Wajo menasehatinya dan datang pula Arung Penrang di Wajo menasehati cucunya tetapi tidak diubahnya, sebab takdir Dewata yang Esa."
Waktu itu, wanita-wanita tinggal di rumah dan suami mereka yang pergi ke pasar.
Batara Wajo menyuruh untuk mengambil secara diam-diam perempuan di rumahnya.
KOMENTAR