Intisari - Online.com -Ketika Marthin Luther mengeluh mengenai Gereja Katholik tahun 1517, Raja Henry VIII membalasnya dengan memberi argumen logis kepada pemimpin Reformasi Protestan itu.
Atas hal itu, paus memberikan Henry gelar Fidei Defensor atau Pembela Iman.
Namun tidak lama dari itu bahkan tidak ada 10 tahun lamanya, Henry VIII memutuskan hubungannya dengan Gereja Katholik, menerima peran Pemimpin Agung Gereja Inggris dan membubarkan biara-biara bangsa, menyerap dan mendistribusikan kembali properti besar mereka sesuai keinginannya.
Lantas apa yang membuat Raja Inggris yang dulunya taat dengan ajaran Katholik Roma itu membuka agama baru?
Pernikahan pertama yang gagal
Anti-katholik mulai berkembang di Inggris sejak awal 1520-an, tapi Katholik mendapatkan dukungan cukup besar.
Henry VIII juga tidak ingin memecah gereja, karena ia mendapat dukungan dari gereja dan ia juga terbilang cukup taat.
Namun, pernikahan pertama Henry VIII dengan Catherine dari Aragon telah gagal memberikan keturunan dan pewaris tahta pria.
Henry juga tergila-gila dengan salah satu dayang istrinya, Anne Boleyn, yang mana kakak perempuannya, Mary, sebelumnya adalah kekasih Henry VIII.
Anne juga mendorong agar raja terus menerus memperhatikannya, tapi menolak gagasan menjadi selirnya.
Ia ingin jadi permaisuri.
Akhirnya mengutip History, Henry meminta Paus Clement VII untuk membuat Henry VIII cerai dari Catherine.
Ia berargumen jika pernikahan itu melawan keinginan Tuhan, karena Catherine sebelumnya sudah menikah dengan mendiang saudara Henry, Arthur.
Cukup mudah bagi Henry VIII untuk bisa menceraikan istri pertamanya dan menikahi wanita lain untuk mendapatkan keturunan.
Namun waktunya tidak tepat.
Di tahun yang sama yaitu 1527, pasukan kerajaan dari Kekaisaran Suci Roma menyerang dan menghancurkan Roma sendiri, memaksa Paus Clement VII melarikan diri dari Vatican melalui sebuah terowongan rahasia dan berlindung di Castel Sant'Angelo.
Saat itu, gelar Kaisar Suci Roma dimiliki Raja Charles V dari Spanyol, keponakan Catherine dari Aragon.
Dengan kepausan hampir seluruhnya ada di tangah kekaisaran, Klemens VII cenderung menolak permintaan Henry untuk cerai dari bibi kaisarnya.
Namun ia juga tidak bisa sepenuhnya menolah Henry, sehingga Klemens VII melakukan negosiasi dengan menteri raja, Kardinal Thomas Wolsey, selama beberapa tahun.
Pendeta Thomas Cranmer dan penasihat raja, Thomas Cromwell, membangun kasus meyakinkan jika raja Inggris tidak boleh tunduk pada yurisdiksi Paus.
Henry VIII kemudian menunjuk Cranmer menjadi Uskup Agung Canterbury, dan dengan segera Cranmer mengabulkan perceraian Henry dari Catherine.
Juni 1533, Anne Boleyn dimahkotai sebagai ratu Inggris dalam upacara yang mewah walaupun ia hamil besar.
Sayang, Anne Boleyn melahirkan anak perempuan, sedangkan Henry VIII masih mencari cara apapun untuk memiliki penerus laki-laki dari darahnya sendiri.
Anak Henry VIII dan Anne Boleyn adalah seorang gadis perempuan yang akan menjadi Elizabeth I.
Henry VIII kemudian jatuh cinta dengan dayang lainnya, Jane Seymour, pada 1536.
Henry VIII kemudian menggunakan Cromwell lagi untuk merekayasa keyakinannya mengenai perzinahan, inses, dan konspirasi melawan raja yang dibuat Anne Boleyn yang melakukannya.
Akhirnya, Anne Boleyn dieksekusi dan pada Oktober 1537, Jane Seymour melahirkan pewaris laki-laki bernama Henry, yaitu calon Raja Edward VI.
Jane Seymour meninggal karena komplikasi dua minggu kemudian.
Henry VIII sendiri meninggal 10 tahun berikutnya, dan selama sisa hidupnya, pihak evangelis dan konservatif berebut mendapatkan pengaruh.
Akhirnya anaknya memimpin secara singkat dan saat itu penasihat Protestan banyak mendominasi, memperkenalkan Reformasi yang jauh lebih radikal ke dalam Inggris.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini