Penulis
Intisari-online.com -Kerajaan Inggris telah berdiri sejak sangat lama, dan darah bangsawan para anggota kerajaan turun menurun dari satu generasi ke generasi lainnya.
Kerajaan Inggris di era modern ini dipimpin oleh Ratu Elizabeth II, yang merupakan anak pertama dari Raja George VI.
Salah satu keunikan dari Kerajaan Inggris adalah hubungannya yang kuat dengan Gereja Katholik.
Dari hubungan ini, salah satu aturan pasti di kerajaan adalah tidak diperbolehkannya diadakan poligami.
Hal ini karena poligami dilarang di agama Katholik.
Meski begitu sejarah mencatat, ada satu nama raja Inggris yang berhasil melaksanakan poligami.
Tidak tanggung-tanggung, ia sampai memiliki 6 istri!
Siapakah dia?
Henry Tudors
Henry Tudors atau Raja Henry VIII menguasai Inggris selama 36 tahun, dari 1509-1547.
Ia menjadi pemimpin dimulainya masa Renaisans Inggris dan Reformasi Protestan.
Ia memegang nama keluarga Tudor, dinasti yang berasal dari Wales.
Dinasti Tudor sangatlah terkenal dan berjasa bagi kehidupan Inggris, seperti dicatat oleh situs sejarahbritannica.com.
Termasuk dalam dinasti ini antara lain Henry VII; anaknya, Henry VIII; diikuti oleh ketiga anak dari Henry VIII, Edward VI, Mary I, dan Elizabeth I.
Henry VIII memimpin dinasti Tudor, dengan memisahkan diri dari kepausan di Roma pada 1534 bersamaan dengan memulai Reformasi Inggris.
Reformasi Inggris memuncak dalam pendirian gereja Anglikan oleh Elizabeth I, yang dengan segera menjadi saksi puncak Renaisans Inggris.
Keberhasilan Dinasti Tudor antara lain selama masa kekuasaan Elizabeth I, melalui satu generasi perang, pemberontak Spanyol dan Irlandia dikalahkan, kemudian Inggris berhasil menjamin kemerdekaan Perancis dan Belanda, dan Inggris bersatu.
Namun siapa sangka kehebatan Renaisans Inggris itu dipicu oleh kehidupan cinta Henry VIII yang kacau balau.
Kehidupan cintanya itu pula yang membuat Henry VIII begitu terkenal bahkan sampai dibuatkan serial oleh HBO berjudul 'The Tudors'.
MengutipHistory, Henry VIII terkenal karena memiliki 6 istri dan beberapa gundik yang ia simpan.
Awalnya ia tidak ingin melanggar aturan untuk menikah secara monogami, tapi lambat laun ia putus asa karena penyatuan politik dan memiliki pewaris tahta laki-laki yang sehat selalu gagal.
Akhirnya, ia membatalkan dua pernikahannya, kemudian ia memiliki dua istri yang sama-sama ia penggal sendiri.
Dari kehidupan cinta yang begitu getir itu lahirlah suksesi yang tidak stabil dan perpecahan dengan Gereja Roma.
Perpecahan dengan Gereja Roma dimulai ketika Henry VIII ingin membatalkan pernikahan pertamanya dengan Chaterine of Aragon.
Baca Juga:Kalahkan Raja Henry VIII, Ron Sheppard Jadi Laki-laki Inggris yang Paling Sering Menikah
Henry dinobatkan tahun 1509 di usia 17 tahun, enam minggu kemudian ia menikah dengan Catherine of Aragon, anak perempuan Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol, dan janda dari kakak Henry, Arthur.
Henry VIII terobesi untuk meneruskan garis keturunan dinasti Tudor.
Ia menginginkan pewaris laki-laki, tapi dari beberapa kehamilan dan kelahiran, satu-satunya anak mereka yang selamat adalah anak perempuan bernama Mary.
Sejarawan Tudor, Tracy Borman, menggambarkan Catherine sebagai satu-satunya wanita yang benar-benar dicintai oleh Henry VIII, sayangnya, frustrasi karena tidak memiliki anak laki-laki, Henry VIII mulai mencari cara lain.
Ia kemudian bertemu dengan Anne Boleyn di tahun 1520-an, seorang wanita calon ratu, yang kemudian membuat Henry VIII mencari persetujuan Paus untuk membatalkan pernikahannya dengan Catherine.
Paus tentu saja menolak permintaan Henry VIII karena hal itu tidak sesuai dengan ajaran Katholik, menyebabkan Henry VIII menceraikan Catherine di luar kehendak Gereja Katholik Roma, dan Henry VIII mendirikan Gereja Inggris, yang juga menuntunnya memulai Reformasi.
Ia juga menjadi kepala Gereja Inggris, sebuah tradisi baru yang diteruskan kepada raja dan ratu Kerajaan Inggris.
Pernikahannya dengan Anne menghasilkan anak pertama perempuan bernama Elizabeth, dan Henry tetap optimis istrinya bisa menghasilkan anak laki-laki, sayangnya setelah beberapa kali kelahiran mati, Henry mulai kehilangan minat.
Putus asa membatalkan pernikahan keduanya sembari mulai mencari yang baru, Henry VIII mengarang tuduhan jika Anne berselingkuh, hingga akhirnya Anne dipenggal oleh suaminya sendiri.
Henry VIII akhirnya memiliki anak lelaki dari istri ketiganya, Jane Seymour, yang ia nikahi tepat 11 hari setelah eksekusi mati Anne Boleyn.
Jane Seymour masih merupakan kerabat jauh Anne Boleyn, karena ibu mereka merupakan sepupu, sehingga nenek Anne dan Jane masih merupakan orang yang sama.
Nasib Jane hanya sebentar untuk menjadi istri Henry VIII, karena setelah ia melahirkan anak lelakinya, Edward VI, Jane meninggal akibat komplikasi kelahiran beberapa minggu kemudian.
Baca Juga:Ketika Raja Inggris Harus Menyembunyikan Mahkota Kerajaan dalam Kaleng Biskuit karena Diserang Nazi
Hal tersebut kemudian membuat Henry VIII terus mencari istri selanjutnya.