Namun, masalah dengan senjata itu adalah jangkauannya masih akan membuat kapal perang Amerika terkena tembakan musuh.
Ini bisa berakibat fatal dalam menghadapi lawan (China) yang mampu mengerahkan rudal canggih.
Wang mengklaim bahwa penelitian di Amerika Serikat dan negara-negara lain telah banyak menguntungkan para peneliti Tiongkok.
China menggunakan logam cair di rel untuk mengurangi keausan.
Ilmuwan China juga menggunakan beberapa model yang digunakan oleh ahli railgun Amerika untuk mensimulasikan dan menganalisis terjadinya kerusakan.
Namun, railgun China memiliki beberapa desain unik yang belum pernah terlihat sebelumnya, tambah Wang.
Desain China, tidak seperti kebanyakan railgun, tidak memiliki mekanisme tambahan yang dipasang pada moncongnya untuk menekan kilatan listrik.
Untuk mencapai kinerja yang lebih konsisten dengan kerusakan minimal, itu akan menggunakan teknologi pelapisan khusus.
Pada tahun 2018, China melakukan uji coba laut terbuka pertama di dunia dengan railgun yang ditempatkan di kapal perang.
Sebuah proyektil 25kg dilaporkan didorong ke Mach 7,3 dan mencapai target 250 kilometer jauhnya dengan senjata prototipe.
Ilmuwan China juga sedang mengerjakan rudal hipersonik yang dapat diluncurkan dari railgun dan dapat mencari target, kata laporan itu.
China mengklaim telah mengembangkan rudal hipersonik pencari panas di depan Amerika Serikat, yang dapat digunakan untuk menyerang kapal induk dan kendaraan yang bergerak.
Namun, senjata hipersonik mahal untuk dioperasikan. Railgun, menurut angkatan laut China, mungkin membantu mempertahankan pantai negara itu karena jarak tembaknya yang tak tertandingi.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR