Pakar menyebut Dassault Rafale tidak bisa menandingi F-35 buatan Lockheed Martin.
Pada Januari 2019, Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly mengumumkan Prancis akan berkomitmen $2,3 miliar untuk mengembangkan generasi F4 dari pesawat tempur multiperan bermesin ganda Dassault Rafale.
Ini akan mencakup produksi pada tahun 2022–2024 dari dua puluh delapan pesanan asli 180 Rafale terakhir, diikuti dengan pembelian tiga puluh Rafales F4.2 tambahan antara tahun 2027–2030, dengan total 210 unit.
Sejak 2008, Perancis telah mengerahkan Rafale berbasis darat dan kapal induk ke dalam pertempuran di Afghanistan, Irak, Libya, Mali dan Suriah.
Rafale dinamai dari bahasa Perancis yang artinya "letupan api", dan walaupun menggabungkan teknologi siluman, Rafale bukan pesawat siluman sejati seperti F-35.
Sayap dan badan pesawat jet Prancis terutama terdiri dari bahan komposit penyerap radar dan titanium ringan.
Fitur desain tersembunyi lainnya termasuk saluran masuk mesin berbentuk S, tepi bergerigi, dan skema pendinginan saluran pembuangan yang dirancang untuk mengurangi tanda inframerah.
Radar Cross Section (RCS) milik Rafale berukuran sedikit di atas satu meter persegi, sebanding dengan rekan-rekan seperti Super Hornet dan Typhoon.
Namun urutan besarnya lebih besar daripada jet F-35.
Keunggulan Rafale dibandingkan F-35 adalah jauh lebih gesit, dengan tingkat pendakian yang superior, kinerja belokan yang berkelanjutan, dan kemampuan untuk melakukan super-cruise dengan kecepatan Mach 1.4 sambil membawa senjata.
Mach adalah satuan kecepatan suara dengan perbandingan dengan kilometer per jam adalah Mach 1 setara dengan 1.234,8 km/jam.
Kecepatan Mach 1,4 berarti setara dengan 1.728,72 km/jam.
KOMENTAR