Intisari - Online.com -Kasus pemerkosaan terjadi di Desa Mekar Mukti, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, oleh pengelola warteg berinisial EW memperkosa remaja berusia 17 tahun.
Korban berinisial SYN diketahui bekerja di warteg tersebut.
Kekerasan seksual itu dilakukan EW di wartegnya di Jalan Kasuari, Perumahan Cikarang Baru, Minggu (6/2/2022), seperti dilaporkan Kepala Kepolisian Sektor Cikarang Utara, Kompol Mustakim.
Kronologi kejadian awalnya pelaku mengetuk pintu kamar korban, dan ketika pintu dibuka, pelaku langsung mendorong korban.
"Korban jatuh ke lantai kamar dengan posisi telentang," kata Mustakim, Kamis (10/2/2022) dilansir dari Kompas.com.
Muka korban dibekap oleh pelaku dengan lap meja, dan pelaku juga mengancam korban agar tidak teriak.
Pelaku kemudian mengambil pisau setelah memperkosa korban.
Pisau tersebut digunakan untuk mengancam supaya korban tutup mulut, kemudian pelaku keluar dari wartegnya.
"Selanjutnya, korban menghubungi keluarganya yang tinggal tidak jauh dari TKP (tempat kejadian perkara). Korban hendak keluar dari warteg, tetapi pintu warteg dikunci," ujar Mustakim.
Pelaku hendak kembali ke kamar korban, tapi SYN memanfaatkan momen itu untuk menghubungi keluarganya lagi.
"Selanjutnya datang saksi dan warga mengamankan pelaku," tutur dia.
Saat diamankan, pelaku sempat mencoba bunuh diri dengan menusukkan sebilah kujang ke perutnya sendiri sebanyak lima kali.
Pelaku kemudian ditangkap dan dibawa ke rumah sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk dirawat.
Pelaku terancam atas perbuatannya dijerat Pasal 81 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman pidana 15 tahun penjara.
Senjata berkekuatan gaib
Kujang sendiri adalah senjata tradisional Jawa Barat, berbentuk melengkung dengan bagian pinggirnya tajam, ujungnya lancip, serta di bagian punggungnya berlubang.
Kujang berasal dari kata "Kudhiyang" dengan akar kata "Kudi" dan "Hyang".
Kudi berasal dari bahasa Sunda kuno, berarti senjata dengan kekuatan gaib, sebagai jimat dan sebagai penolak bala.
Hyang sendiri bagi masyarakat Sunda memiliki arti dan kedudukan di atas dewa.
Senjata tradisional Jawa Barat ini dulunya dipakai untuk alat pertanian guna menyiangi rumpuat atau untuk menebas tanaman perdu yang tumbuh pada lahan yang akan ditanami padi.
Dari sebuah peralatan pertanian, kujang berkembang menjadi sebuah benda yang memiliki karakteristik tersendiri dan cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral.
Sebagian orang beranggapan kujang memiliki kekuatan tertentu berasal dari dewa (Hyang).
Itulah sebabnya kujang disimpan banyak orang sebagai benda pusaka untuk melindungi rumah layaknya keris di Jawa, melindungi dari marabahaya dan meletakkannya di dalam sebuah peti khusus atau tempat tertentu di dalam rumah.
Jenis-jenis Kujang
Berdasarkan bentuk bilah, kujang digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
Kujang Ciung
Kujang ciung adalah jenis kujang yang paling banyak ditemukan dengan banyak varian pengembangan bentuk.
Jumlah mata yang ada pada kujang ciung jumlahnya lima sampai sembilan, bentuknya melambangkan makhluk dunia kalangan atas.
Jenis kujang ini pun lebih sering dipakai oleh bangsawan yang berkedudukan tinggi, yaitu raja, prabu anom (pewaris tahta), dan brahmesta (pendeta agung kerajaan).
Kujang Kuntul
Kujang ini berbentuk papatuk/congo yang ramping dan panjang menyerupai paruh burung kuntul (bangau putih).
Bentuk papatuk kujang kuntul lebih ramping dibandingkan kujang ciung, dan jumlah matanya ada empat.
Baca Juga: 74 Tahun TNI: Tanpa Senjata Api, Pasukan Elite Raider dan Tontaipur Mampu Lumpuhkan Lawan dalam Diam
Kujang Jago
Kujang jago berukuran relatif kecil dibandingkan jenis kujang lainnya.
Dinamakan pada bentuk yang menyerupai ayam jago dengan paruh menukik dan jawer yang menghiasi bagian si'ih.
Ayam jago juga merupakan simbol kejantanan sehingga kujang ini biasa dipakai untuk balapati (kesaktian) atau jimat.
Kujang Bangkong
Badan kujang bangkong lengkap dengan bilah yang lebih lebar dan pendek, sehingga menyerupai bentuk bangun jajar genjang.
Bangkong dalam bahasa Indonesia berarti katak, melambangkan makhluk dunia bawah.
Itulah sebabnya kujang ini kebanyakan digunakan oleh masyarakat petani.
Baca Juga: Hebat, Pria Asal Rusia Ini Jago Membunuh Puluhan Pasukan Nazi Hanya Dengan Menggunakan Kapak
Kujang Naga
Kujang Naga juga ditemukan di wilayah kebudayaan Sunda.
Bentuknya yang khas jadi ciri tersendiri dengan bagian badan dan kepala yang lebar.
Kujang Naga dinamai merujuk pada makna naga itu sendiri, melambangkan makhluk dunia atas yang disakralkan dan sering dijadikan simbol kegagahan.
Baca Juga: Apa Penyebab Utama Perdagangan di Kerajaan Sriwijaya Mengalami Kemajuan yang Pesat?
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini