Inilah Keunikan Senjata Tradisional Khas Sunda yang Diamanatkan oleh Raja Pajajaran, Tercantum dalam Naskah Kuno Tulisan Prabu Siliwangi, Dibuat dan Dipelihara dengan Ritual Adat

K. Tatik Wardayati

Penulis

Intisari-Online.com – Kalau Anda pernah memperhatikan lambang kota Jawa Barat, atau Anda mungkin mengunjungi Kebun Raja Bogor, dan di pusat kota Bogor terletak tugu ini, maka terdapatlah senjata tradisional khas tanah Sunda

Bagaimana kisahnya senjata tradisional Jawa Barat tersebut?

Jawa Barat pada zaman dahulu merupakan tanah luas bagi Kerajaan Pajajaran yang dipimpin oleh Prabu Dewataprana Sri Baduga Maharaja atau Jayadewata, atau yang lebih dikenal sebagai Prabu Siliwangi.

Kerajaan Sunda Hindu itu mengalami krisis karena kedatangan pengaruh agama Islam yang dibawa oleh saudagar Arab.

Baca Juga: Selama Ini Kita Salah Kaprah, Pajajaran Nyatanya Bukanlah Nama Kerajaan, Profesor Ini Ungkap Kepercayaan Terkait Mikrokosmos yang Jadi Pemicu Kekeliruan

Oleh karena itu Prabu Siliwangi membuat naskah kuno yang digunakan sebagai pedoman hidup masyarakat Sunda.

Kitab pedoman hidup yang dibuat oleh Prabu Siliwangi itu bernama Sanghyang Siksa Kandang Karesian pada tahun 1518 sebagai bekal kehdiupan bermasyarakat di Sunda Pajajaran

Di dalam kitab tersebut berisi berbagai macam norma, moral, budaya, adat-istiadat, hingga kesenian khas tatar Sunda Pajajaran.

Juga tercantum dalam naskah kuno tersebut adalah salah satu senjata tradisional, yaitu kujang.

Baca Juga: Tergeletak Bak Sajadah di Reruntuhan Banten, Inilah Watu Gilang, Tempat Raja-rajaBantenDinobatkan, Tak Berani Dipindahkan oleh Sunan Gunung Jati Karena Ini

Kujang merupakan senjata tradisional khas Jawa Barat yang bentuknya sering dijadikan motif batik, patung, maupun lambang yang mencerminkan Suku Sunda.

Dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indoneisa, istilah kujang berasal dari bahasa Sunda kuno ‘kudi’ yang berarti senjata atau jimat dengan kekuatan gaib dan ‘hyang’ berarti dewa.

Secara harfiah, ‘kujang’ dapat diartikan sebagai suatu jimat ataupun senjata yang memiliki kekuatan magis dewa di dalamnya.

Dalam jurnal Kajian Historis dan Filosofis Kujang karya Aris Kurniawan, disebutkan bahwa kujang memiliki nilai sakral dan mistis digunakna menjadi medium mistik, simbol status (pangkat), penghormatan (pada orang yang berjasa besar bagi kerajaan), dan ajimat atau pusaka para petinggi dan bangsawan Kerajaan Pajajaran.

Kujang juga digunakan sebagai salah satu perkakas multifungsi yang tidak bisa lepas dari kehidupan masyarakat suku Sunda.

Yang digunakan oleh rakyat adalah kujang dengan bentuk yang sederhana dan terbuat dari bahan yang tidak terlalu mahal.

Sementara, kujang yang digunakan oleh para petinggi memiliki bahan yang mahal dan desain yang mewah.

Bagian, bentuk, dan fungsi Kujang

Dari sisi tajamnya, kujang memiliki empat bagian utama, yaitu:

Baca Juga: Kisahkan Orang-orang Sunda yang Maki-maki pada Patih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk dari Majapahit yang Ratapi Putri Sunda, Seperti Inilah Isi Kidung Sunda Peninggalan Kerajaan Pajajaran

-Papatuk atau congo adalah bagian pada ujung kujang yang lancip dan tajam.

-Silih atau eluk adalah tubuh kujang yang bentuknya melengkung seperti sebelah sayap burung yang merentang.

-Tadah adalah bagian menonjol pada perut kujang.

-Mata adalah lubang kecil pada kujang yang ditutupi logam emas dan perak.

Selain bentuknya yang unik, bahan baku kujang cenderung tipis, bersifat kering, berpori, dan banyak mengandung unsur logam alam.

Bukan sekadar senjata berbentuk melengkung, kujang dibuat oleh pandai besi dengan berbagai ritual adat dan dipelihara juga dengan ritual adat.

Senjata estetis ini dibentuk dengan ukiran unik dan indah, sehingga kujang bisa juga disebut sebagai bentuk karya seni.

Mengutip wikipedia, berdasarkan fungsinya, kujang terbagi menjadi empat, yaitu:

Baca Juga: Enam Abad Berkuasa di Tanah Pasundan, Kalah dalam Perang Bubat Lawan Majapahit, Tersurat dalam Karya Sastra Peninggalan Kerajaan Pajajaran, Termasuk Prasasti yang Dikira Tinggalkan Harta Karun

-Kujang Pusaka, menjadi lambang keagungan dan perlindungan.

-Kujang Pangarak, untuk berperang.

-Kujang Pakarang, sebagai alat upacara.

-Kujang Pamangkas, sebagai alat berladang.

Sementara, berdasarkan bentuk bilah, Kujang terbagi menjadi:

-Kujang Jago, karena menyerupai bentuk ayam jantan

-Kujang Ciung, karena menyerupai burung ciung.

-Kujang Kuntul, karena menyerupai burung kuntul/bango.

-Kujang Badak, karena menyerupai badak.

Baca Juga: Dapat Bisikan Paranormal, Menteri Agama Era Megawati Ini Nekat Bongkar Situs Pajajaran Demi Dapatkan Harta Karun Prabu Siliwangi, Diklaim Sanggup Tutupi Utang Negara

-Kujang Naga, menyerupai binatang mitologi naga.

-Kujang Bangkong, menyerupai katak.

Ada juga bentuk bilah kujang menyerupai wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbol kesuburan.

Baca Juga: Sekonyong-konyong Serahkan Sunda Kelapa kepada Portugis Hingga Dihajar Fatahillah, Inilah Surawisesa, Raja Pajajaran yang Ragukan Prajuritnya Sendiri

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait