Intisari - Online.com -Raden Wijaya dikenal sebagai pendiri Kerajaan Majapahit yang memanfaatkan pasukan Kubilai Khan dari China untuk mengalahkan pemberontakan Jayakatwang.
Namun, ada satu hal lagi yang jarang diketahui mengenai Raden Wijaya, yaitu silsilahnya.
Raden Wijaya disebutkan dalam setidaknya lima sumber sejarah terkenal, yaitu Prasasti Kudadu, Naskah Negarakertagama, Kitab Pararaton, Naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara serta Naskah Amanat Galunggung.
Namun tiga dari lima sumber sejarah itu menyebut jika Raden Wijaya merupakan sosok berdarah Sunda!
Padahal, Kerajaan Sunda pernah berperang hebat dengan Majapahit dalam Perang Bubat yang disebabkan keinginan Hayam Wuruk untuk meminang putri mahkota Kerajaan Sunda.
Penerus Kerajaan Sunda, Pajajaran, juga menjadi satu-satunya kerajaan Hindu Buddha di Nusantara yang tidak bisa dikuasai Majapahit.
Pemahaman dari ketiga sumber sejarah ini mencetuskan hipotesis jika "Raden Wijaya adalah calon Raja Sunda yang sengaja disingkirkan atau dibuang".
Kitab Pararaton menyebut Raden Wijaya adalah pendiri Majapahit dan nama lengkapnya adalah Raden Harsawijaya, sedangkan menurut Kitab Negarakertagama pendiri Majapahit bernama Dyah Wijaya, dan dalam prasasti Kudadu, pendiri Majapahit bernama Nararya Sanggramawijaya.
Baik Raden, Dyah, maupun Nararaya dipercaya merupakan gelar bangsawan Jawa dan ketiganya punya maksud yang sama.
Dalam kitab Pararaton, Raden Wijaya disebut sebagai putra dari Mahisa Cempaka, pangeran dari Kerajaan Singasari dan dibesarkan di kerajaan tersebut.
Kemudian menurut naskah Wangsakerta (Pustaka Rajyarajya I Bhumi Nusantara), Raden Wijaya adalah anak dari pasangan Rakyan Jaya Dharma dan Dyah Lembu Tal.
Rakyan Jaya Dharma adalah anak dari Prabu Guru Darmasiksa, raja Kerajaan Sunda-Galuh yang memimpin dari tahun 1175 - 1297.
Sedangkan Dyah Lembu Tal adalah putri dari Mahisa Cempaka, putra Mahisa Wonga Teleng, putra Ken Arok, pendiri Kerajaan Singasari.
Keterangan yang berbeda dari dua naskah tersebut membuat secara jelas ada perbedaan mengenai asal-usul ayah Raden Wijaya, dengan Pararaton menyebutnya sebagai Putra Mahisa Cempaka, dan Wangsakerta menyebutnya putra dari Jaya Dharma Bin Prabu Guru Darmasiksa, atau cucu dari Prabu Guru Darmasiksa (Raja Kerajaan Sunda ke-27) dan ibunya disebut anak dari Mahisa Cempaka.
Posisi Raden Wijaya dalam Naskah Wangsakerta sesuai dengan Naskah Ciburuy atau Naskah Amanat Galunggung, yang menyatakan Prabu Guru Darmasiksa pernah memberikan nasihat atau amanat kepada cucunya, Wijaya.
Lantas jika ayah Raden Wijaya merupakan anak dari Raja Kerajaan Sunda, mengapa hanya ibunya saja yang dikenal dalam kitab Pararaton?
Rupanya, hal ini terkait dengan skandal mengerikan di Kerajaan Sunda.
Rakyan Jaya Dharma awalnya adalah putra raja, tidak heran ia tentunya calon raja, hanya saja ia tewas diracun sebelum dinobatkan menjadi Raja Sunda.
Peristiwa mengerikan tersebut membuat Mahisa Cempaka sadar bahaya yang menyelimuti anaknya lantas segera membawa anaknya kembali ke Singasari, kemudian di Singasari Raden Wijaya dididik oleh kakek Mahisa Cempaka.
Jika Rakyan Jaya Dharma tidak tewas diracun, ia akan menjadi Raja Sunda menggantikan Prabu Guru Darmasiksa, dan kemudian Raden Wijaya bisa menjadi Raja Sunda selanjutnya.
Namun, takdir membuatnya hidup dalam Wangsa Rajasa dan mendirikan Kerajaan Majapahit di wilayah timur Jawa, dan suatu hari keturunannya berperang melawan Kerajaan Sunda atas rasa cinta raja terbesarnya, Hayam Wuruk.