Penulis
Intisari-Online.com - Asal-usul kerajaan Majapahit sering dikaitkan dengan buah maja.
Konon, ketika Raden Wijaya membuka Hutan Tarik untuk dijadikan pedesaan, para pekerjanya menemukan banyak buah maja (wilwa), yang saat dimakan ternyata rasanya pahit (tikta).
Desa itu pun dinamai sebagai Desa Majapahit, dan setelah Raden Wijaya berhasil mengalahkan Jayakatwang, Majapahit pun dijadikan nama kerajaan yang dipimpinnya.
Di tempat itulah Raden Wijaya konon membangun kekuatan untuk menaklukkan Jayakatwang, dengan dukungan para sahabatnya, termasuk Bupati Madura, Wiraraja.
Dikaitkan dengan asal-usul kerajaan Majapahit, ternyata dalam tradisi Hindu sendiri buah ini dipercaya sebagai tumbuhan "titisan" Hyang Syiwa.
Itulah mengapa tanaman maja juga selalu ada di halaman pura Hindu.
Sementara di Nepal, buah maja yang dianggap sebagai penjelmaan Hyang Syiwa, dipakai dalam ritual upacara perkawinan.
Ada makna penting di balik penggunaan buah maja dalam ritual tersebut.
Dengan melibatkan buah maja dalam prosesi pernikahan, maka sang gadis dianggap menikah dengan Hyang Syiwa, bukan dengan suaminya.
Ritual tersebut bertujuan untuk memperoleh kesuburan (keturunan) dari Hyang Syiwa.
Selain itu, apabila sang suami meninggal, perempuan yang menikah tersebut dianggap tidak perlu malu berstatus janda, sebab ia tetap menjadi istri Hyang Syiwa.
Seperti itulah makna buah maja dalam ritual upacara perkawinan di Nepal.
Bukan hanya di Nepal, buah maja juga dianggap sakral di Pakistan, India, Srilanka, dan Bangladesh.
Buah ini punya peran penting dalam budaya masyarakat setempat.
Di masyarakat wilayah Asia Selatan itu, daging buah maja biasa dikonsumsi baik dalam keadaan segar maupun sudah dikeringkan.
Daging buahnya bisa dijadikan jus atau sharbat.
Sharbat adalah minuman tradisional terbuat dari daging buah maja yang dihaluskan lalu dicampur dengan air, gula (atau sirup), kadang ditambah susu dan es.
Mereka yang meminum biasanya punya masalah dengan buang air besar atau terkena gangguan pencernaan. Memakan buah itu dilakukan agar BAB lancar.
Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, daging buah maja juga bisa dikonsumsi setelah dikeringkan lebih dulu. Daging buah diiris-iris lalu dikeringkan dengan sinar Matahari.
Irisan daging buah yang telah kering selanjutnya direbus dengan air dan rebusannya inilah yang diminum.
Daun tanaman ini pun bisa dikonsumsi. Pucuk daun tanaman majamerupakan sayuran yang populer di negara-negara Asia Selatan.
Bahkan dalam ilmu pengobatan tradisional India (ayurveda), maja dipercaya bisa mengobati berbagai gangguan kesehatan, antara lain demam dan gangguan pencernaan, terutama sembelit kronis.
Buah maja sendiri ada berbagai jenis, sehingga tidak heran bila buah Maja memiliki banyak variasi rasa dan bentuk.
Buah maja yang mungkin kita kenal buah maja adalah buah yang bentuknya bulat sebesar bola voli, rasanya pahit sehingga tidak ada yang berani memakannya.
Sementara ada juga buah maja yang berukuran relatif lebih kecil, dan rasanya juga tidak pahit, melainkan manis dan enak dimakan.
Tetapi, buah yang konon ditemukan rombongan Raden Wijaya rasanya pahit, sehingga mereka kemudian memberi nama daerah hutan yang dibabat sebagai maja-pahit.
Meski, ada juga versi lain dari arti nama Majapahit, yaitu bukan pahit sebagai rasa melainkan pait yang artinya 'modal'.
Dalam bahasa Jawa, Majapahit dilafalkan majapait (tanpa bunyi "H"). Pait (atau pawii) dalam bahasa Jawa sebenarnya punya beberapa makna.
Makna utama memang rasa pahit, namun juga bisa berarti modal.
Jadi, dalam versi ini Majapahit bukan maja yang rasanya pahit, tetapi maja yang dijadikan modal karena kesakralannya.
Entah mana yang lebih bisa dipercaya dari dua versi ini, yang pasti buah maja sering dikaitkan dengan asal-usul kerajaan Majapahit.
Buah ini pun dianggap begitu sakral di beberapa negara.
(*)