Intisari - Online.com -Indonesia tengah memasuki gelombang ketiga Covid-19, dan kini beredar pertanyaan mengenai penggunaan vaksin Sinovac dari China.
Hal ini terutama karena vaksin Covid-19 yang paling umum dipakai di negara Asia Tenggara itu bukan lawan bagi varian Omicron.
Melansir Al Jazeera, Jumat lalu, Indonesia mencatat 32.211 kasus baru Covid-19, jumlah tertinggi resmi sejak gelombang Delta mulai redup pada pertengahan Agustus.
Tingkat positivitas untuk para individu yang sudah dites mencapai 10.29% di hari yang sama, mendorong Indonesia melampaui ambang batas 5% yang dipakai WHO untuk mengidentifikasi negara-negara yang tidak mampu mengontrol virus.
Hanya 45.9% dari target populasi Indonesia dari 208 juta orang telah divaksinasi, dibandingkan dengan rata-rata global 53.4%, menurut Our World in Data, dan 79% dari mereka divaksin dengan Sinovac, menurut Kementerian Kesehatan Indonesia.
Tahap inokulasi telah melambat sejak awal tahun karena banyak daerah dan provinsi yang menolak menggunakan vaksin selain Sinovac.
Vaksin selain Sinovac ditolak karena efek samping dari vaksin-vaksin yang dikembangkan oleh negara-negara Barat tersebut, menyebabkan kekhawatiran jika Omicron bisa terulangi menyebabkan gelombang kedua yang disebabkan oleh Delta.
Perlu kita ingat Delta berhasil melumpuhkan sistem rumah sakit Indonesia.
Penelitian Desember lalu di University of Hong Kong dan Chinese University of Hong Kong menunjukkan dua dosis Sinovac tidak memproduksi antibodi yang mencukupi untuk melawan Omicron.
Studi juga menguak jika Omicron secara signifikan mengurangi efektivitas dua suntikan vaksin Pfizer BioNTech, yang dibangun pada teknologi baru Messenger RNA (mRNA), yang menggunakan kode genetis virus Corona untuk menipu tubuh membuat protein virus sehingga sistem imun mulai memproduksi sebuah respon defensif.
Namun penelitian menekankan jika sebuah booster Pfizer lebih efektif daripada tiga dosis vaksin Sinovac.
Penelitian lain dilakukan oleh National Natural Science Foundation of China dan dipublikasi di jurnal Emerging Microbes & Infections di bulan yang sama menunjukkan "pengurangan signifikan" dalam efikasi booster dengan Sinopharm.
Sinopharm seperti Sinovac adalah vaksin inaktif yang menggunakan partikel virus mati guna mengekspos sistem imun tubuh terhadap Covid-19.
"Keseluruhan, penelitian kami mendemonstrasikan jika Omicron mungkin lebih mampu melarikan diri dari perlindungan imun yang dirangsang oleh vaksin dibandingkan dengan purwarupa dan varian mengkhawatirkan lainnya," penulis penelitian itu menyimpulkan demikian.
Dan sebuah studi oleh Universitas Yale dan Kementerian Kesehatan Republik Dominika yang dipublikasikan bulan lalu di jurnal Nature Medicine menunjukkan tidak terjadi kenetralan antibodi di antara mereka yang menerima dua suntikan vaksin Sinovac.
"Penemuan kami memiliki implikasi cepat untuk berbagai negara yang sebelumnya menggunakan dua dosis CoronaVac," tulis penulis tersebut, menyebut nama lain dari Sinovac.
Kembalinya China kepada aturan lockdown saat negara itu menghadapi jumlah infeksi tertinggi sejak awal pandemi dan keburu-buruannya mengembangkan vaksin mRNA semakin jauh meningkatkan kekhawatiran mengenai efikasi vaksin di negara berkembang seperti Indonesia, yang menggantungkan nasib pada vaksin-vaksin China dan tidak mampu menerapkan lockdown.
Kemudian ada pengumuman dari Singapura Januari lalu jika orang yang sudah divaksin dengan vaksin China harus menerima suntikan mRNA agar bisa dianggap sudah divaksin penuh.
Kasus tinggi, pendataan rendah
Seorang epidemiolog yang memprediksi gelombang kedua Covid-19 di Indonesia, Dr Dicky Budiman, yakin negara ini akan melihat 300.000 sampai 500.000 kasus sehari pada akhir bulan ini.
"Kasus harian akan 10 kali lipat lebih buruk dari gelombang kedua tapi dalam masalah perawatan di rumah sakit, hanya separuh dari kondisi Delta," ujar Budiman.
"Tingkat kematian juga mungkin lebih rendah tapi aku tidak bisa memastikan karena Sinovac kurang efektif melawan Omicron dibandingkan dengan vaksin-vaksin mRNA."
Sisi positifnya, jumlah besar infeksi yang tersebar selama gelombang kedua akan memberi imunitas bagi sebagian besar warga Indonesia, paparnya.
"Aku tidak setuju dengan sebutan 'imunitas super' karena bisa membuat salah paham. Penelitian terbaru menunjukkan korban Omicron bisa terinfeksi ulang dengan Omicron BA2," papar Budiman.
"Namun keuntungan dari Delta yang tersebar Juli lalu adalah banyak warga Indonesia yang menerima Sinovac dan terinfeksi tanpa tahu hal itu, karena kondisinya rata-rata tanpa gejala, akhirnya punya imunitas sampai tingkat tertentu.
"Namun imunitas ini akan bersifat sementara dan keuntungannya akan bergantung pada di mana mereka tinggal karena penyebaran Omicron bergantung pada lanskap imunitas.
"Vaksinasi di Indonesia terfokus di Jawa dan bali, sehingga masalah-masalah akan muncul di berbagai pulau, seperti halnya di sub-distrik di Bali dan Jawa dengan tingkat vaksinasi yang rendah."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini