Kemudian, setelah berakhirnya pendudukan Jepang pada 1945, Belanda bersiap lagi untuk menguasai kembali daerah jajahannya dengan mengerahkan ribuan pasukan.
Dalam tulisannya, Bonnie menyatakan bahwa pada awalnya istilah ‘Bersiap’ dipakai para pejuang Indonesia sebagai aba-aba perang untuk menyerang orang-orang Belanda yang baru tiba di Kamp Jepang.
Ledakan kekerasan lokal ini sebagai revolusi sosial yang memuat ketegangan struktural sejak zaman kolonial dan pendudukan Jepang.
Dan ini kemudian berlaku untuk kekerasan terhadap warga negara Belanda setelah proklamasi kemerdekaan pada 1945.
Melansir kompas.com (5/8/2021), ‘Bersiap’ merupakan istilah yang dicetus oleh Belanda untuk fase kekerasan dan kekacauan Revolusi Nasional Indonesia setelah Perang Dunia II berakhir.
Kata ‘Bersiap’ sendiri berarti ‘bersiap-siap’.
Baca Juga: Inilah Jumlah Populasi di Papua Barat, Rupanya Pendatang di Papua Sudah Ada Sejak Zaman Majapahit
Pada periode ‘Bersiap’ ini ditandai dengan terjadinya kekacauan dan perampokan massal yang dilakukan oleh masyarakat pro-kemerdekaan yang disebut Pemoeda, dengan orang pro-Belanda.
Periode ‘Bersiap’ dimulai sejak 1945, hingga berakhir pada 1946, yang berakibat dari pertempuran ini sekitar 7.000 hingga 20.000 orang tewas.
Orang-orang Indonesia yang disebut Pemoeda, tidak menyukai orang-orang yang dekat dengan Belanda maupun orang Belanda asli dan keturunannya.
Mereka yang bekerja untuk Belanda pun disebut sebagai mata-mata Belanda.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR