Pertempuran itu telah membunuh ratusan ribu warga Yaman, dan memicu apa yang dikatakan PBB sebagai krisis kemanusiaan terburuk dunia.
Bertahun-tahun lamanya, Houthi telah meluncurkan berbagai serangan rudal dan drone ke tetangga mereka, Arab Saudi.
Namun sampai bulan ini, serangan terakhir yang diklaim Houthi lakukan ke UEA adalah pada 2018 lalu.
Peran UEA dalam perang Yaman
Serangan Houthi tahun 2018 datang saat pasukan yang didukung UEA melawan Houthi untuk kekuasaan kota pelabuhan Hodeidah di Laut Merah.
UEA telah secara signifikan mengurangi kehadiran militernya ke Yaman sejak 2019, tapi mereka masih memiliki kendali lewat pasukan lokal besar yang mereka bangun dan persenjatai.
UEA mendukung Pasukan Gabungan Yaman, dipimpin oleh keponakan dari mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, dan separatis Dewan Transisional Selatan (STC).
STC telah secara langsung berhadapan dan bermusuhan dengan pemerintah Yaman yang didukung oleh koalisi, dan dengan dukungan militer Yaman, mengambil alih ibu kota sementara Yaman, Aden, di tahun 2019.
Pasukan yang didukung UEA secara besar- besaran menghindari terlibat dengan Houthi dalam peperangan sejak 2018, tapi hal itu telah berubah sejak beberapa minggu terakhir.
Akhir Desember, Brigadir Raksasa yang didukung UEA, sebuah militan pro-pemerintah yang sebagian besar diisi warga Yaman selatan, memaksa Houthi keluar dari pemerintahan Shabwah.
KOMENTAR