Persetujuan ini dilakukan dalam kembalinya Riyadh membuka lapangan udaranya untuk penerbangan dari negara-negara tertentu seperti melansir dari Middle East Monitor.
Mengutip dari New York Times, walaupun penjualan perangkat lunak telah disepakati dari 2017, setahun kemudian, sebuah komite etika dipanggil untuk akses Saudi guna mengakhirinya setelah rilisnya laporan bahwa perangkat lunak itu telah dipakai untuk melacak dan membunuh penulis kolom Washington Post, Jamal Khashoggi.
Namun di tahun 2019, Pegasus dijalankan kembali seperti dilaporkan New York Times.
Kali ini adalah di saat ketika Netanyahu bernegosiasi untuk normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab: Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain.
Baca Juga: Virus Trojan Ditemukan di Lebih dari 100 Aplikasi di Google Play Store
Sebuah kesepakatan kemudian ditandatangani pada September 2020.
Ketika lisensi Arab Saudi kadaluarsa, Netanyahu secara pribadi ikut campur setelah menerima telepon dari Putra Mahkota Muhammad Bin Salman.
Bin Salman sepakat memperbolehkan penggunaan pangkalan udara Saudi oleh pesawat-pesawat Israel dan penerbangan menuju Israel.
Hal ini memperkuat kesepakatan normalisasi yang ditandatangani dengan negara-negara tetangga Teluk mereka.
Mengikuti pembicaraan telepon antara Bin Salman dan Netanyahu, Kementerian Pertahanan Israel menyeru induk perusahaan Pegasus; NSO Group, dan memerintahkan sistem Arab Saudi untuk dinyalakan kembali.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
KOMENTAR