Penulis
Intisari-Online.com - Tiga kapal tanker minyakUni Emirat Arab (UEA) meledakdi lokasi konstruksi di Bandara Internasional Abu Dhabi.
Meledaknya tiga kapal tanker minyak itu dikonfirmasi oleh polisi Abu Dhabi.
Selain itu, tigatanker bahan bakar juga meledak di kawasan industri Musaffah dekat fasilitas penyimpanan perusahaan minyak ADNOC.
Apa yang terjadi?
Mungkin semuanya terkait kesepakatan yang dibuat olehUEA dan Arab.
Menjelang akhir tahun 2021, tampaknya UEA dan Arab Saudi hampir mencapai kesepakatan tentang produksi minyak.
Kedua negara telah mencapai garis besar kesepakatan yang akan meningkatkan produksi minyak.
Pada bulan November 2021, Kementerian Energi UEA mengkonfirmasi bahwa musyawarah dan konsultasi antara pihak-pihak terkait sedang berlangsung.
Dan siapa pelakunya?
Dilansir dariexpress.co.uk pada Selasa (18/1/2022), pemberontak Houthi Yaman telah bertanggung jawab atas serangan itu.
Mereka dilaporkan dilengkapi dengan "drone kamikaze", yang dipasok oleh Teheran, Iran.
Mohamed al-Bukhaiti, seorang tokoh senior Houthi, mengatakan serangan militer menargetkan UEA menyusul kesepakatan antara UEA dan Arab Saudi,outlet berita lokal Gulf Online melaporkan.
Dia memperingatkan bahwa serangan lebih lanjut akan terjadi.
Dalam sebuah pernyataan kepada kantor berita negara WAM sebelumnya hari ini, polisi mengatakan: "Penyelidikan awal menemukan bagian-bagian dari pesawat kecil yang mungkin merupakan drone di kedua lokasi yang dapat menyebabkan ledakan dan kebakaran."
Ia menambahkan bahwa tidak ada "kerusakan signifikan" dari insiden tersebut.
Diketahui, Uni Emirat Arab (UEA) telah berperang di Yaman sejak awal 2015.
Mereka adalah pemain kunci dalam koalisi pimpinan Arab Saudi yang menyerang pemberontak Houthi, setelah menguasai ibu kota.
Seorang juru bicara militer Houthi mengatakan kelompok itu melancarkan operasi militer jauh dari UEA.
Ini bukan kali pertama kelompok itu menyerang UEA.
Sebelumnya mereka pernahmengancam akan menyerang negara itu.
Bahkan meluncurkan serangan rudal lintas batas dan pesawat tak berawak ke Arab Saudi.
Sebuah laporan baru-baru ini dari Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI) mengungkapkan bahwa Iran diam-diam membeli suku cadang drone dari China untuk dijual kepada milisi yang didukung Teheran.
Laporan tersebut mengklaim bahwa angkatan bersenjata Iran mengekspor perangkat ke Suriah, Irak, Lebanon, dan Yaman.
Dikatakan bahwa pesawat tak berawak digunakan sebagai instrumen untuk memicu konflik dan terorisme di kawasan itu untuk menjaga kediktatoran ulama tetap berkuasa.