Intisari-Online.com - Pengerahan pasukan oleh Rusia di perbatasan dekat Ukraina memicu kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina.
Namun, Rusia terus mengklaim tidak berencana menyerang Ukraina.
Dalam sebuah wawancara dengan wartawan Rusia pada Jumat, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan, "jika terserah Federasi Rusia, tidak akan ada perang. Kami tidak menginginkan perang."
Meski demikian, negara-negara NATO dan Amerika Serikat (AS) berbondong-bondong memberikan bantuan militer kepada Ukraina untuk mengantisipasi jika perang terjadi.
Pasalnya, jika Rusia melancarkan serangan ke Ukraina, hal ini akan berdampak mengerikan di mana hal ini diungkap oleh jenderal top AS.
Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley memperingatkan invasi Rusia ke Ukraina akan "mengerikan" bagi negara dan akan mengakibatkan korban "signifikan", melansir CNN, Jumat (28/1/2022).
"Mengingat jenis pasukan yang disusun ... jika itu dilepaskan ke Ukraina, itu akan signifikan, sangat signifikan, dan itu akan mengakibatkan sejumlah besar korban," kata Milley pada konferensi pers Pentagon, Jumat.
"Anda dapat membayangkan seperti apa itu di daerah perkotaan yang padat, di sepanjang jalan, dan sebagainya. Itu akan mengerikan. Itu akan sangat buruk. Dan itu tidak perlu. Dan kami pikir penyelesaian diplomatik adalah jalan yang harus ditempuh di sini."
Milley dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin memberi penjelasan kepada wartawan pada hari Jumat tentang persiapan militer AS menjelang kemungkinan invasi Rusia dengan puluhan ribu tentara Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina.
Hal itu mendorong Austin minggu ini untuk menempatkan 8.500 tentara AS dalam siaga untuk kemungkinan penempatan untuk mendukung NATO di Eropa Timur.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR