Intisari-Online.com- Ketika seoranggladiator menunggu untuk melangkah ke arena, dia dikelilingi oleh tanda-tanda kematian.
Mayat orang-orang yang dibantai dibawa melewatinya dengan tandu berlumuran darah.
Teriakan, sorak-sorai, dan suara orang-orang menangis kesakitan terdengar bersautan.
Bau asap, darah, dan sampah pastilah luar biasa.
Dan saat waktunya tiba untuk bertarung, seorang gladiator itu akan melangkah ke arena disinari matahari dan mengetahui bahwa itu mungkin saat-saat terakhirnya di Bumi.
Dilansir dariListverse.com,berikut 5 fakta kematian gladiator:
1. Melalui Gerbang Khusus
Gladiator bertempur di dalam arena, mereka sering bertempur secara berpasangan, dan di lain waktu bisa satu lawan satu.
Terkadang, pertarungan terus akan berlangsung sampai seseorang menyerah dan memohon belas kasihan.
Ketika itu terjadi, kerumunan dan kepala acara, yang disebut editor, akan memutuskan apakah gladiator layak mendapatkan belas kasihan atau harus tunduk pada pedang lawannya.
2. Saat Menghadapi Kematian
Salah satu hal yang paling menarik gladiator yang diajarkan ketika di sekolah gladiator, yaitu ludus.
Ludus merupakancara bagaimana menghadapi kematian.
Ketika seorang gladiator jatuh terpukul, kebiasaan bagi lawan yang menang untuk berhenti dan melihat kepada pengatur pertandingan.
Pengatur pertandingan itu kemudian akan memberikan sinyal apakah gladiator yang jatuh akan hidup atau mati.
Selama momen penentuan singkat ini, kerumunan akan melihat ke gladiator yang terluka.
Jika pria itu tampak ketakutan atau kesakitan, sinyal diberikan untuk mengakhiri hidup pria itu.
Namun, jika gladiator yang jatuh mampu melihat lawannya dengan pembangkangan dan mata yang tidak berkedip, ia dipandang sebagai orang yang berani dan mungkin diberikan tanda belas kasihan.
3. Ditandu atau Diseret
Membawa tubuh tak bernyawa gladiator keluar dari arena (ditandu/diseret) adalah cara khas untuk gladiator yang meninggal dengan terhormat.
Jika seorang gladiator dengan berani menghadapi kematiannya dan mati di tangan orang lain, dia secara seremonial dibawa dari arena, dan martabatnya tetap utuh.
Untuk gladiator yang menunjukkan sifat pengecut, maka dia tidak akan dipandang bermartabat.
Tanda kelemahan yang dikecam itu dapat dikenali jika seorang gladiator meminta belas kasihan.
Tidak ada gunanya repot-repot membawa mayatnya keluar arena karena dia sudah mencemarkan dirinya dengan kepengecutannya.
4. Minum Darah dari Tubuhnya
Ketika seorang gladiator terluka di dalam arena dan darah mengalir keluar dari tubuhnya, penonton mungkin melihat seorang lelaki lain berlari ke arah mayat.
Dia akan berlutut di samping gladiator yang terbunuh dan menempelkan bibirnya ke luka yang berdarah itu.
Di sana, dia akan meminum darah, seolah-olah dia adalah seorang vampir.
Pemandangan seperti itu tidak terlalu biasa.
Pria yang meminum darah gladiator biasanya penderita epilepsi yang diberitahu bahwa satu-satunya obat bagi penyakitnya adalah dengan meminum darah gladiator langsung dari lukanya.
Jika gladiator itu tercabik-cabik dan mengeluarkan isi perutnya, maka pemandangan di arena akan menjadi sangat berbeda.
Orang-orang dari kerumunan akan bergegas mengambil sepotong hati gladiator.
Hati itu kemudian dijual kepada penderita epilepsi, yang diinstruksikan untuk mengambil sembilan dosis terpisah dari hati gladiator agar dapat sembuh dari penyakitnya.
5. Budak Berkostum
Ada sejumlah akun dan artefak tertulis yang memberikan rincian berbeda tentang bagaimana para budak arena akan memastikan bahwa seorang gladiator telah mati.
Dalam kuburan gladiator yang bertanggal sekitar 70 M, lampu yang dihias menunjukkan adegan gladiator yang tengah jatuh.
Di lampu lain, yang juga terkubur di kuburan ini, adalah bayangan Anubis, dewa Mesir dari Dunia Bawah.
Itu tidak mengherankan, karena dalam beberapa kasus, untuk menambah sensasi lebih lanjut ke permainan, budak akan berdandan sebagai dewa untuk menyingkirkan yang mati.
Dalam kasus khusus ini, lampu menunjukkan bahwa budak akan berdandan seperti Anubis dan membersihkan pembantaian manusia dari arena.
(*)