Namun sial, ketika ia berniat memecahkan rekor delapan kali berturut-turut sebagai juara All England tahun 1975, Svend Pri menggagalkannya.
"Saya terpukul sekali dengan kegagalan itu, karena saya sudah mempersiapkan diri sebaik-baiknya, ternyata kalah juga. Keinginan menjuarai delapan kali sepertinya tak mungkin. Orang pun berkata, seminggu saja hanya tujuh hari, bagaimana mungkin bisa jadi juara All England delapan kali?" kata Rudy.
Namun akrurnya, rekor yang ia idam-idamkan pecah juga tahun berikutnya, 1976, ketika ia mengalahkan Liem Swie King di final. Rudy tampil untuk kedelapan kalinya sebagai juara All England.
"Setelah itu, gairah saya menurun. Sudah tidak ada tantangan lagi, maka saya istirahat," katanya. Pada tanggal 28 Agustus 1976, ia menikah dengan Jane Anwar setelah melalui masa perkenalan 6 tahun.
Namun setelah setahun beristirahat, timbul lagi niatnya untuk berlatih dan terjun lagi - bertanding. Tahun 1977, muncul arena kejuaraan baru, Kejuaraan Dunia, yang melahirkan juara dunia yang pertama, Flemming Delf dari Denmark, yang menjuarai pula All England tahun itu.
"Saya pun lalu ingin mencoba, siapa tahu bisa jadi juara. Apalagi, Kejuaraan Dunia yang kedua (1980) diaddkan di Jakarta," katanya. Setelah berlatih keras, Rudy akhirnya bisa tampil sebagai juara dunia, mengalahkan Liem Swie King di final.
Masih belum puas dengan prestasinya, tahun berikutnya ia terjun lagi ke arena All England. Namun, keinginan boleh saja melambung tinggi, apa daya tangan tak sampai menggapai. Rudy, yang sudah delapan kali juara All England, tersuruk di semifinal di tangan pemain India Prakash Padukone. Inilah kekalahan pertama Rudy di semifinal All England.
Masih juga Rudy belum “menyerah kalah". Tahun 1982, ketika Liem Swie King gagal untuk menjuarai ketiga kalinya All England dihadang Morten Frost Hansen, ia diminta teman-temannya untuk tampil memperkuat lagi Piala Thomas, dengan tujuan untuk membangkitkan semangat pemain-pemain muda.
Rudy pun sebenarnya tahu, ia tak akan bisa berprestasi maksimal lagi dengan persiapan yang hanya dua bulan. Tetapi nampaknya tak ada pilihan lain lagi. Hastomo Arbi diskors, karena positif dalam pemeriksaan doping. Lius Pongoh, Hadiyanto dan Icuk Sugiarto cedera.
Di semifinal, tim Piala Thomas masih bisa mengalahkan Inggris 8 - 1 . Melawan Cina, unggul lebih dulu 3 - 1 , tetapi ternyata Indonesia harus mengakui keunggulan lawan 5 - 4. Rudy kalah lawan Luan Jin, King kalah lawan Han Jian dan Lius dikalahkan Chen Changjie. Di ganda, Kartono/Heryanto dikalahkan Sun Zhinan/Yao Xieming.
" "Tetapi ini merupakan satu kenangan bagi saya, sebab saya sudah ikut regu Piala Thomas untuk keenam kalinya, walaupun saya kalah," kata Rudy.
Kini, setelah tidak mengayuh raket lagi, Rudy ikut terjun di antara sekian pelatih nasional di pelatnas Senayan, mempersiapkan Ardy B. Wiranata, Hermawan Susanto, Alan Budikusuma dan kawan- kawan yang bersiap meraih gelar juara dunia di Kopenhagen bulan Mei 1991. Akankah ia juga membawa sukses pemain-pemain muda asuhannya meraih emas pertama bagi Indonesia di arena Olimpiade Barcelona 1992?
"Terus terang saya sebenarnya tidak berminat menjadi pelatih secara penuh. Maka saya minta bantuan beberapa pelatih untuk membantu saya. Saya ikut melatih sekarang ini, karena saya masih merasa berutang pada bulu tangkis Indonesia ...," kata Rudy. •
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR