Advertorial

Wajah Salah Satu Penguasa Majapahit Terungkap, Tersimpan di Museum Belanda, Inilah 'Potongan Kepala' Patung Sosok yang Diduga Salah Satu Raja Majapahit, Seperti Apa?

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Kerajaan Majapahit adalah hari penobatannya, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 menggunakan penanggalan Jawa
Kerajaan Majapahit adalah hari penobatannya, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 menggunakan penanggalan Jawa

Intisari-online.com -Majapahit adalah kerajaan kepulauan yang luas yang berbasis di pulau Jawa dari tahun 1293 hingga sekitar tahun 1500.

Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa Hayam Wuruk, yang pemerintahannya dari tahun 1350 hingga 1389.

Ini ditandai dengan penaklukan yang meluas hingga Asia Tenggara, termasuk saat ini.

Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand Selatan, Filipina, dan Timor Leste.

Ekspansinya juga dikreditkan ke perdana menterinya, Gajah Mada, karena sumpahnya yang terkenal Amukti Palapa.

Setelahtumbangnya Sriwijaya di Sumatera pada tahun 1290, Singhasari menjadi kerajaan yang paling kuat di nusantara.

Namun, sejak pemberontakan Jayakatwang, Singasari runtuh, dan kemudian dilajutkan dengan pedirian Majapahit, oleh penerus Singasari Raden Wijaya.

Pada tahun 1293, Raden Wijaya mendirikan kubu dengan ibukota Majapahit.

Baca Juga: Disebut ‘Kota Santri’ dan ‘Tiongkok Kecil’ Karena Datangnya Armada Besar Cheng Ho, Inilah Lasem yang Termasuk dalam 12 Wilayah Pusat Majapahit pada Masa Pemerintahan Hayam Wuruk

Baca Juga: Apa Faktor Penyebab Majapahit Menjadi Kerajaan Besar Agraris dan Perdagangan?

Tanggal pasti yang dijadikan sebagai hari lahir kerajaan Majapahit adalah hari penobatannya, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 menggunakan penanggalan Jawa, yang kemungkinan sama dengan tanggal 10 November 1293.

Pada tahun 1328 Raden Wijaya digantikan oleh Tribhuwana Wijayatunggadewi, yang dikenal dengan nama resminya sebagai Tribhuwannottungadewi Jayawishnuwardhani, sebagai ratu Majapahit.

Tribhuwana mengangkat Gajah Mada sebagai Perdana Menteri pada tahun 1336.

Selama pemerintahan Tribhuwana, dengan bantuan Gaja Mada, kerajaan Majapahit tumbuh jauh lebih besar dan menjadi terkenal di daerah tersebut.

Tribhuwana memerintah sampai 1350. Ia digantikan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Hayam Wuruk (1350-'89), juga dikenal sebagai Rajasanagara, melanjutkan masa jabatan Gajah Mada.

Di bawah komandonya, Majapahit menaklukkan lebih banyak wilayah dan menjadi kekuatan regional.

Hayam Wuruk digantikan oleh putri mahkota Kusumawardhani, yang menikah dengan seorang kerabat, Pangeran Wikramawardhana.

Baca Juga: Jalin Hubungan Terlarang dengan Ibu Tirinya Sendiri, Inilah Pangeran Samudro, Titisan Majapahit yang Lokasi Kematiannya Jadi Tempat Ziarah Berbalut Prostitusi

Baca Juga: Dibangun Sebagai Akibat dari Kejatuhan Kerajaan Majapahit, Inilah Kerajaan Buleleng, yang Berdiri Setelah Dewa Agung Ketut, Penguasa Bali dan Lombok Membagi Kerajaannya

Selama masa pemerintahannya beberapa ekspedisi angkatan laut Ming, mencakup periode 1405-1433 dan dipimpin oleh Zheng He, seorang laksamana Cina muslim, tiba di Jawa.

Pada 1430 ekspedisi Zheng He telah mendirikan komunitas Cina dan Arab di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel, sehingga memberikan Islam pijakan di pantai utara Jawa.

Pada pertengahan abad ke-15 Majapahit menemukan dirinya tidak mampu mengendalikan kebangkitan kekuasaan Kesultanan Malaka yang mulai mendapatkan kontrol efektif Selat Malaka dan Sumatera.

Beberapa pengikut dan jajahan Majapahit lainnya mulai melepaskan diri dari dominasi dan kekuasaan Majapahit.

Sebagai akibat dari ini dan juga dari serangkaian konflik dinasti kekaisaran menurun dengan cepat.

Sebuah perang dengan kesultanan muslim Cina Demak pada tahun 1527 mengakibatkan eksodus sejumlah besar abdi dalem, pengrajin, pendeta, dan anggota kerajaan ke pulau Bali.

Demak diakui sebagai penerus sah Majapahit.

Namun, sejak tumbangnya Majapahit sangat sedikit sisa-sisa kerjaan tersebut, hanya patung Gajah Mada yang ditemukan hingga kini.

Baca Juga: Kemasyuran Penguasa Wanita Majapahit Ini Melegenda hingga Tercium ke Mancanegara, Siapa Sangka Namanya Sampai Diabadikan Dalam Sebuah Game Online, Orang Indonesia Malah Jarang Tahu

Baca Juga: Namanya Dibesar-Besarkan Sebagai Raja Paling Berjaya Memerintah Majapahit, Konon Kelahiran Raja Ini Disambut Letusan Gunung Hingga Gempa Bumi

Sementara beberapa penguasa Majapahit justru nyaris sedikir diketahui sosoknya.

Namun, di museum Belanda, tepatnya diRijksmuseum Amsterdam, kepala dari sosok yang diduga salah satu pemimpin Majapahit disimpan di sana.

Kepala ini mungkin berasal dari salah satu dari dua candi antara Jawa Tengah dan Jawa Timur: Candi Sukuh atau Candi Ceto.

Kepala mungkin salah satu penguasa Majapahit abad ke-15 antara data yang diduga pembuatan yaitu:

Yaitu antara, Wikramawarddhana 1389-1429, Dyah Kertawijaja (Bhre Tumapel) 1447-'51, Rajasawardhana 1451-'53, Girishawardhana 1456-'66, Singha wikrama wardhana 1466-'74.

Dia dimahkotai dan tutup kepalanya dihiasi dengan matahari di bawah sinar Surya Majapahit dan bulan sabit juga di bawah sinar Surya Majapahit.

Ketiga item ini membuat simbol Kekaisaran, Negara dan Penguasa yang dikenal setidaknya dari zaman Helenistik dalam pengertian itu dan sangat tersebar luas di masyarakat yang terorganisir secara politik.

Sebuah anomali adalah bahwa matahari-simbol, memiliki sembilan sinar diulang dua kali.

Baca Juga: Kontras dengan Raja Majapahit Paling Termasyhur Ini Justru Tangisi Kematian Calon Istrinya Sampai Meninggal, Raja Majapahit Ini Malah Terkenal Punya Ratusan Selir

Baca Juga: Pernah Ditaklukan Majapahit Hingga Pernah Dicaplok Indonesia Pasca Kemerdekaan, Rupanya 6 Negara Ini Pernah Jadi Bagian dari Indonesia, Sebagian Besar di Asia Tenggara?

Tutup kepala secara singkat berarti bahwa penguasa yang digambarkan adalah sekaligus pemilik kerajaan sebagai kepala negara.

'Surya Majapahit' atau 'Matahari Majapahit' adalah lambang yang umum ditemukan di candi dan reruntuhan yang berasal dari era Majapahit.

Cakram matahari ditata dengan sinar cahaya yang diukir, dikelilingi oleh delapan dewa Lokapala , delapan dewa Hindu yang menjaga delapan mata angin utama alam semesta. (Koleksi Museum Nasional Indonesia, Jakarta)

Artikel Terkait