Penulis
Intisari - Online.com -Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara.
Tahun 1351, Hayam Wuruk menjadi raja Majapahit dan ia menjadi raja terbesar kerajaan tersebut.
Namun tidak semua raja sehebat dan setermasyhur Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk juga dikenal setia.
Jatimprov.go.id menyebut sudah banyak raja-raja tetangga yang jauh dan dekat tunduk di bawah panji-panji Gula-Kelapa yang dimiliki Majapahit.
Banyak tamu mancanegara yang memberikan cinderamata kepada Raja Hayam Wuruk karena saat itu Majapahit masuk pada era keemasan.
Diceritakan saat itu Hayam Wuruk belum mau menikah, tapi kemudian ia bertemu putri yang menarik hatinya, yaitu Dyah Pitaloka dari Negara Pasundhan.
Gajah Mada pun ditugaskan Hayam Wuruk guna menghadap raja Pasundan melamar Dyah Pitaloka.
Lamaran diterima dan menjadi tanda penghormatan dari raja besar Majapahit.
Kemudian raja Pasundan mengantar sendiri Dyah Pitaloka ke Majapahit dengan iring-iringan serombongan prajurit dan setelah sampai di Majapahit mereka menyiapkan perkemahan di alun-alun Bubat sambil menanti jemputan dari Hayam Wuruk.
Namun bagi Gajah Mada meminta Hayam Wuruk menjemput Dyah Pitaloka akan menurunkan derajat kewibawaan kerajaan Majapahit.
Menurut Gajah Mada, Dyah Pitaloka harus dibawa menghadap Hayam Wuruk menjadi putri boyongan seperti pertanda menyerah.
Hal ini justru membuat Manggala dari Pasundan marah dan terjadilah perselisihan sehingga terjadi perang di tengah alun-alun Bubat.
Semua Manggala dari Pasundan tewas di medan pertempuran, termasuk raja Pasundan.
Hal ini membuat sedih Dyah Pitaloka yang kemudian memilih bunuh diri.
Raja Hayam Wuruk begitu sedih mendengar wanita yang sangat ia cintai bunuh diri.
Sakit hatinya membuat tubuhnya sakit dan akhirnya ia meninggal.
Raja dengan ratusan selir
Karena Hayam Wuruk tidak memiliki pasangan maka Hayam Wuruk tidak memiliki keturunan.
Itulah sebabnya memiliki pasangan penting untuk melanjutkan kerajaan dan kekuasaan, seperti yang dilakukan oleh beberapa raja Majapahit sebelumnya.
Bahkan seperti Prabu Brawijaya memilih memiliki ratusan selir.
Meski begitu Prabu Brawijaya V pernah patah hati karena gagal menikahi dan menjadikan Dewi Sari, putri Raja Cermain sebagai permaisurinya.
Wanita itu terkena wabah penyakit sampai wafat di Desa Leran.
Sebagai seorang raja binathara yang tampan dengan ditopang kekuasaannya yang besar, Prabu Brawijaya V memiliki kekuasaan tak terbatas untuk mengawini perempuan-perempuan cantik sekehendaknya.
Apalagi, tak ada larangan dalam agama Budha yang dianutnya.
Ditambah perempuan mana yang berani menolak keinginan Sang Raja jika mereka memang dikehendaki Baginda.
Bahkan, sebaliknya secara diam-diam banyak perempuan yang menginginkan agar dapat dikawini oleh Raja Majapahit.
Dikutip dari buku Brawijaya Moksa Detik Detik Akhir Perjalanan Hidup Prabu Majapahit, Prabu Brawijaya V memang memiliki banyak istri selir yang berjumlah ratusan orang dengan ratusan anak pula.
Meskipun Prabu Brawijaya V adalah seorang pemeluk agama Budha taat, tetapi sebagian istrinya pemeluk agama Islam.
Apakah Sang Prabu masih belum dapat melupakan bayangan Dewi Sari yang notabene seorang muslimah taat, sehingga Baginda Raja juga menikahi beberapa perempuan muslimah.
Di antaranya para istri selir (pangrembe) Sang Prabu Brawijaya V tersebut, yakni :
1. Dewi Dilah yang telah memberikan buah hati kepadanya, Raden Jaka Dilah alias Arya Damar yang kemudian menjadi Adipati di Palembang.
2. Ibu Selir dengan anak Raden Jaka Krewek yang menjadi Adipati di Borneo.
3. Ibu Selir yang mempunyai anak Raden Jaka Pekik alias Arya Jaran Panulih yang menjadi Adipati di Sumenep.
4. Ibu Selir dengan anak Raden Jaka Maya alias Arya Dewa Katug, yang menjadi Adipati di Bali.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini