Berhasil Membangun Kekaisaran yang Mendominasi Eropa di Abad Ke-19, Napoleon Bonaparte Ternyata Harus Dapati Kekasihnya Memilih Puaskan Pria Lain di Ranjang, Beginilah Kala Ia Dikhianati Sang Kekasih

May N

Editor

Intisari - Online.com -"Cinta adalah pekerjaan seorang pemalas, kesenangan seorang pejuang dan kehancuran suatu kedaulatan."

Di puncak kekuasaannya, Napoleon Bonaparte telah membangun kekaisaran yang mendominasi hampir sebagian besar Eropa di awal abad ke-19.

Ia masih dianggap salah satu pemikir militer terhebat dalam sejarah.

Namun, Napoleon yang begitu hebat ternyata bisa jatuh cinta.

Ia jatuh cinta kepada penyanyi opera Italia Giuseppina Grassini, yang dengan mudah mencuri hati Napoleon.

Giuseppina Grassini digambarkan sebagai "salah satu penyanyi Italia paling terkenal, dan wanita paling cantik saat itu.

"Hanya sedikit orang-orang dengan profesi serupa memiliki karir lama dan brilian seperti miliknya.

"Di Italia, Perancis, Jerman, dan Inggris, ia mencapai reputasi tertinggi untuk dirinya sendiri dan bertahun-tahun memerintah dalam kepemilikan tak terbantahkan di atas tahta lagu."

Baca Juga: Wilayah Kekuasaanya Padahal Hanya Mencakup Asia Tenggara, Ternyata Majapahit Malah Dikenal Orang Eropa dan Amerika, Sosok Gajah Mada Sampai Disandingkan dengan Napoleon Bonaparte

Baca Juga: Alexander Agung:Raja Makedoniayang Menasbihkan Dirinya Sebagai Firaun Mesir, SampaiJadi Inspirasi Bagi Napoleon hingga Hitler, Sayang Akhir Hidupnya Tragis

Grassini datang dari awal yang sederhana, tapi ia menyanyi "seperti burung bulbul."

Ia dikirim ke Milan untuk belajar opera, dan Adipati Alberico Belgiojoso secara cepat menjadi promotor, pelindung, dan kekasihnya.

Bintang operanya naik secara meroket, dan sejumlah peran opera yang dibuat khusus untuknya menjadikan Grassini salah satu artis paling terkenal pada masanya.

Di saat yang sama, Napoleon memasuki Milan pada 15 Mei 1796 setelah mengalahkan pasukan Austria dalam Pertempuran Lodi.

Rumor mengatakan Grassini mencoba menggoda Napoleon.

Kemudian ia dikenali sekitar tahun 1800-an, "Saat itu (tahun 1796) aku sedang dalam puncak kecantikan dan bakatku. Penampilanku dalam 'Virgins of the Sun' menjadi topik pembicaraan universal.

"Aku memuaskan semua mata dan mengobarkan semua hati. Jenderal muda itu (Napoleon) tidak peka dengan pesonaku, dan dia satu-satunya yang menolak permintaanku! Sungguh banyak tingkah, sungguh monoton!"

Ternyata, Napoleon bukan target mudah, tapi Grassini memiliki gudang senjata pesona wanita yang ia pilih dengan cermat.

Baca Juga: Kisah Kaspar Hauser: Jadi Teka-teki Terbesar Abad ke-19, Kematian Tragis Bocah Paling Misterius di Jerman Ini Timbulkan Kengerian

Baca Juga: Kisah Toyotomi Hideyoshi, Anak Petani dengan Julukan Napoleon dari Jepang, Invasinya Hingga ke Korea, Terpaksa Mundur Ketika China Ikut Gabung Melawan, Namun Tinggalkan Warisan yang Kuat, Apa Itu?

Grassini "berbicara jargon campuran Perancis dan Italia, semua miliknya sendiri, memungkinkan dia mengatakan apapun dan dengan mana dia mendapat keuntungan membuat pernyataan yang paling lucu dan kepercayaan yang paling lucu, menyalahkan apa yang dia katakan pada ketidaktahuannya tentang bahasa setiap kali dia mengatakan sesuatu yang mengejutkan atau menyakiti seseorang."

Cantik, centil, jenaka dan punya keunggulan fisik, Napoleon tidak bisa melawan pesonanya.

Grassini beberapa kali minum teh dengan Napoleon di apartemen Jenderal itu, dan Napoleon terpesona dengan suara indah Grassini.

Lambat laun Napoleon menjadi kekasihnya dan meminta Grassini bergabung dengannya di Paris.

Napoleon memanjakannya, memberikannya rumah mewah dan uang bulanan 15.000 francs.

Grassini tampil di teater dan konser di Tuileries, di mana suaranya memukau.

Namun, Napoleon sudah menikah dengan Josephine, seorang wanita yang sangat pencemburu, membuat Napoleon tidak bisa sering mengunjungi Grassini.

Sendirian, Grassini jatuh cinta dengan pemain biola Pierre Rode.

Baca Juga: Ilmunya Ditiru Alexander yang Agung hingga Napoleon Bonaparte, Siapakah Sun Tzu dan Mengapa Strategi Perangnya Terus Relevan?

Baca Juga: Begini Cara Kekaisaran Napoleon Memberdayakan Komunitas Yahudi Eropa, Salah Satunya Berikan Pengakuan Hukum pada Komunitas Tersebut

Secara rahasia, Grassini melarikan diri dari Paris pada November 1801 dalam tur yang diperpanjang ke Belanda dan Jerman ditemani Rode.

Grassini kemudian pergi ke London dan tampil beberapa bulan di Teater Haymarket.

Dimata-matai dengan kecurigaan, Grassini berhasil memukau penontonnya dan ia juga masuk dalam masyarakat kelas satu dan "diperkenalkan sebagai tamu umum dalam pergelaran bergaya."

Grassini melanjutkan penampilannya di London selama 2 tahun tapi akhirnya kembali ke Perancis pada 1807.

Ia dengan cepat ikut dalam acara menyanyi dalam paduan suara yang baru dibentuk Napoleon, dan Kaisar bertepuk tangan untuknya.

Saat ini belum diketahui apakah hubungannya masih berjalan, tapi Napoleon masih melanjutkan mendukung Grassini secara finansial.

Pasalnya Napoleon kemudian diasingkan ke Elba pada 1814, dan Grassini menarik perhatian orang lain: Duke of Wellington, yang menjadi duta besar Inggris untuk Perancis.

Hubungan Napoleon dan Grassini dilanjutkan setelah Napoleon kembali ke Perancis dan kalah dalam Pertempuran Waterloo 1815.

Baca Juga: Sempat Jadi Rebutan Sekutu dan Mesir, Inilah Kisah Ferdinand de Lesseps, Sang Inisiator Pembangunan Terusan Suez yang Terinspirasi oleh Insinyurnya Napoleon Bonaparte

Baca Juga: 'Lebih Buruk Daripada Israel,' Kampanye Militer Bonaparte yang Berdarah-darah di Palestina dan Mesir 2 Abad Lalu hingga Timbulkan 3.000 Korban Masih Sensitif sampai Sekarang

Komposer Felice Blangini menceritakan pertemuan dengan Wellington dan Grassini Juli tahun itu.

"Karena saya sering melihat Madame Grassini, dia membawa saya ke Lord Wellington's, tempat kami sering membuat musik. Lord Castlereagh adalah pengunjung tetap di sana; dia bernyanyi bersama kami, sangat lumayan untuk seorang pendeta Inggris. Ketika Madame Grassini menghadiri pertemuan kecil di Lord Wellington ini, dia membacakan dan menyanyikan adegan-adegan dari Cleopatra dan dari Romeo e Giulietta. Sendirian di tengah salon, dia memberi isyarat seolah-olah dia berada di atas panggung, dan dengan bantuan syal besar dia berdandan dengan berbagai cara. Saya tidak ingat apakah, selama sesi ini, dia menyanyikan arias yang diakhiri dengan 'sgauardo d'amor'; tapi yang saya yakin adalah bahwa Lord Wellington sangat gembira dalam ekstasi."

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait