Intisari - Online.com -Kisah tentang Firaun dan kehidupan Mesir Kuno selalu menarik untuk diulas, sampai banyak cerita Hollywood mengambil kisah dari salah satu peradaban kuno terhebat di dunia itu.
Film Hollywood paling laris tentang Firaun, Mumi dan Mesir Kuno mungkin adalah trilogi The Mummy yang dibintangi Brendan Fraser, Rachel Weisz, John Hannah dan Arnold Vosloo.
Kisah itu menceritakan bangkitnya kutukan seorang pendeta yang dimumikan hidup-hidup, yaitu Imhotep.
Imhotep mendapat hukuman disiksa dan dimumikan hidup-hidup karena terlibat hubungan gelap dengan Anck-Su-Namun, yang merupakan istri dari Firaun.
Dalam kisah The Mummy (1999) dan The Mummy Returns (2001), Anck-Su-Namun adalah selir dari Firaun Seti I, yang kemudian memulai hubungan gelap dengan Pendeta Agung Osiris, Imhotep.
Namun apakah benar sejarah Anck-Su-Namun demikian?
Ternyata, kenyataan yang ada tidaklah demikian.
Anck-Su-Namun dikenal juga dengan Ankhsenamun.
Melansir All that Interesting, ia lahir sebagai Putri Ankhesenpaaten sekitar 1350 Sebelum Masehi (SM), ia merupakan anak ketiga dari 6 bersaudara yang lahir dari Raja Akhenaten dan Ratu Nefertiti.
Selama lebih dari 3000 tahun, sebagian besar hidupnya menjadi misteri, hasil dari fakta-fakta dan kelalaian yang aneh.
Ankhesenamun memiliki saudara tiri, yang kemudian mendapat posisi strategis di Kerajaan Mesir Kuno: Raja Tutankhamun, atau Raja Tut.
Tutankhamun sudah bukan rahasia lagi jika merupakan firaun Mesir paling terkenal karena penemuan makamnya yang utuh dan penuh dengan harta tahun 1922.
Ankhesenamun bukan hanya saudari tiri dari Tutankhamun, tapi juga istrinya.
Sehingga tidak benar jika Anck-Su-Namun jadi selir dari Seti I.
Hal ini karena Seti I memimpin jauh setelah Tutankhamun, Tutankhamun memimpin pada 1332-1324 SM, sedangkan Seti I memimpin pada 1290-1279 SM.
Pernikahan Ankhesenamun dengan Tutankhamun sendiri seperti terjadi di dunia yang berbeda, karena Mesir mengalami pergolakan agama yang dramatis dan dinasti itu memerlukan keseimbangan.
Namun pernikahan saudara di antara kelas penguasa bukanlah hal baru, dan bukan yang terakhir.
Pernikahan sedarah masuk akal untuk para keluarga Mesir Kuno, karena kekuatan mereka datang dengan mitos itu sendiri, seperti dipercaya banyak orang.
Atau seperti diklaim oleh publik, mereka merupakan keturunan para dewa.
Pernikahan sedarah adalah agar garis darah tetap suci.
Mereka juga memusatkan kekuatan di tangan keluarga kerajaan, secara efektif mengalahkan pesaing untuk tahta lainnya.
Tanpa pemahaman genetik, mereka tidak mengerti bahaya melakukan inces, dan mereka membayar harga mahal ketidaktahuan itu.
Banyak yang menunjukkan jika Tutankhamun adalah korban dari perkawinan sedarah, dengan kaki pengkor dan masalah kesehatannya yang lain.
Beberapa berargumen jika kedua orangtuanya adalah saudara dekat.
Sejarawan telah menemukan bukti jika Ankhesenamen juga menjadi pengantin untuk ayahnya, Akhenaten.
Hal ini setelah Nefertiti meninggal, tapi sebelum ia menikah dengan Tutankhamun.
Namun ia tidak sendirian, karena sejarawan yakin jika Akhenaten mungkin telah mencoba memiliki anak dengan kakak-kakak Ankhesenamun.
Cerita-cerita di dinding makam keluarga menunjukkan kehamilan yang berakhir karena keguguran dan kematian.
Akhenaten dan dinastinya kemungkinan saat itu berada di posisi rentan.
Itulah mengapa ia merasa perlu mengamankan pewaris sebanyak mungkin.
Kesulitan mereka hampir seluruhnya karena Akhenaten.
Ia sedang di proses merombak tradisi agama Mesir dalam jalan menuju monoteisme.
Sedikit yang membantu memahami mengapa Akhenaten memutuskan hanya memuja Aten, dewa matahari.
Itu merupakan keputusan yang memiliki potensi melemahkan struktur kekuatan Mesir, dan sebagian besar berbahaya.
Hal ini karena keputusan itu meruntuhkan otoritas pendeta, yang merupakan kelompok yang cukup kuat saat itu.
Tanpa dukungan pendeta, keluarga kerajaan akan temukan mereka tidak punya teman.
Akhirnya, Akhenaten meninggal, dan anaknya, Tutankhaten berkuasa, ia segera menikahi adik tirinya, Ankhesenpaaten, dan keduanya mengubah nama akhir mereka dari 'Aten' menjadi Amun, menjadi Tutankhamun dan Ankhesenamun.
Selanjutnya, mereka adalah penguasa Mesir Kuno yang masih berumur remaja.
Mereka berdua berpikir pewaris mungkin menstabilkan kekuasaan Tut, dan buktinya mendukun ide ia dan Ankhesenamun mencoba memiliki anak tanpa hasil.
Mum dari dua janin wanita, berumur 5-8 bulan ditemukan di makam Tut.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini