Begini Cara Kekaisaran Napoleon Memberdayakan Komunitas Yahudi Eropa, Salah Satunya Berikan Pengakuan Hukum pada Komunitas Tersebut

K. Tatik Wardayati

Penulis

Ekspedisi Napoleon di Mesir.

Intisari-Online.com – Begini cara kaisar Napoleon memberdayakan komunitas Yahudi Eropa, salah satunya memberkan pengakuan hukum pada komunitas tersebut.

Pemukulan genderang perang jarang menjadi pertanda baik bagi komunitas Yahudi Eropa.

Tersebar oleh penaklukan tak berujung dari tanah air mereka, termasuk di antara korban dari banyak periode perang.

Dimulai dari raja-raja Inggris Abad Pertengahan yang mengenakan pajak pada mereka untuk mendanai tentara, hingga pembantaian oleh tentara salib awal, hingga Holocaust selama Perang Dunia II.

Baca Juga: Boroknya Mulai Tercium ke Penjuru Israel, Tak Hanya Pejabat Rakyat Israel Juga Serukan Lengsernya Benjamin Netanyahu, Terkuak Ini Dosanya pada Negeri Yahudi Tersebut

Namun, ada satu rangkaian penaklukan yang baik untuk orang Yahudi Eropa.

Saat pasukan Napoleon berbaris melintasi Eropa, mereka membawa pemberdayaan dan peluang bagi komunitas Yahudi.

Begini yang dilakukan oleh Napoleon untuk ‘memberdayakan’ komunitas Yahudi Eropa:

Baca Juga: Penuntut Balas Yahudi, Mimpi Terburuk Nazi, Ingin Racuni 60.000 Tahanan Setelah Perang Dunia II, Namun Ini yang Terjadi Kemudian

1. Pragmatis agama

Napoleon adalah salah satu pragmatis besar dalam sejarah.

Republikan yang menjadi kaisar itu bersedia bekerja dama dengan kelompok atau gagasan apa pun yang menurutnya bisa memperkuat negara Prancis.

Sementara banyak penakluk berusaha untuk menegakkan nilai-nilai agama dari rumah mereka pada orang lain, ia berusaha untuk memanfaatkan komunitas agama Eropa yang beragam.

Otoritas gereja Katolik di wilayah Prancis dirusak oleh revolusi, banyak kekuatan politik dan ekonomi diambil dari gereja.

Banyak orang di Prancis sekarang menjadi sekularis.

Napoleon mengelola sudut pandang agama yang bersaing, saat ia berkembang ke bagian Protestan Eropa ia harus bekerja dengan komunitas agama yang kuat lainnya.

Ia kemudian mengintegrasikan hierarki agama ke dalam struktur kekuasaan, menggunakannya untuk memanfaatkan dukungan komunitas mereka.

Napoleon melakukan ini dengan pendeta Protestan dan Katolik, blok kekuatan agama yang jelas di Eropa.

Baca Juga: Tujuh Kesalahpahaman Ini Sering Bikin Orang Israel Kesal, Salah Satunya Dikatakan Sangat Benci dengan Orang Arab, Bagaimana yang Sebenarnya?

Tidak hanya itu, dia juga mendekati orang-orang Yahudi.

2. Negara Timur Tengah

Salah satu tanda awal pemberdayaan Yahudi oleh Napoleon datang pada tahun 1799, selama invasinya ke Suriah.

Di sana, ia mencoba menghidupkan kembali upaya mendirikan negara Yahudi di Timur Tengah.

Jika dia bisa menciptakan negara yang lebih terikat padanya daripada pesaing politik Timur Tengahnya maka dia bisa memastikan beberapa dukungan di wilayah tersebut.

Tapi ekspedisi ke Mesir dan Suriah adalah bencana.

Prancis hars menyerah pada operasi militer Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

Napoleon kembali ke Prancis sementara pasukannya mengalami perjalanan pulang yang melelahkan di sekitar tepi Mediterania.

Baca Juga: Sisa-sisa Sinagoga Yahudi di Lithuania ini Dipulihkan Setelah Dihancurkan oleh Nazi pada Masa Perang Dunia 2

3. Pengakuan hukum

Kembali di Prancis, Napoleon mulai membangun kembali rezimnya, termasuk basis dukungan, untuk itu ia mengajak orang-orang Yahudi.

Napoleon menggunakan ingatan orang-orang hebat untuk membangun pujian melalui asosiasi.

Dia membandingkan dirinya dengan Herodes Agung, seorang raja Yahudi dari keluarga non-Yahudi yang berusaha menoleransi kehidupan dari agama lain.

Herodes dikenang di antara orang-orang Yahudi karena prestasi proyek bangunannya yang mengesankan, sementara orang-orang Kristen mengenangnya sebagai orang yang memerintahkan pembantaian orang-orang tak berdosa.

Napoleon memberi orang-orang Yahudi hak dan kekuatan yang setara dengan orang lain di Kekaisaran.

Pada tahun 1805, ia memberikan pengakuan hukum kepada komunitas Yahudi. Untuk sebuah kelompok yang dulunya dipilih dan dianiaya, itu adalah momen yang kuat.

4. Kode rekonsiliasi

Salah satu tantangan terbesar dalam semua ini adalah merekonsiliasi kode hukum Yahudi dan Napoleon.

Baca Juga: Konflik Israel-Palestina di Tepi Barat, Orang Yahudi Ternyata 'Baru' Berbondong-bondong Mendiami Wilayah dan Dipelopori oleh Seorang Rabi Zionis

Tetapi orang-orang Yahudi hidup dengan seperangkat hukum mereka sendiri, dan mau tidak mau ada bentrokan antara kedua kode tersebut.

Untuk mengatasinya, Napoleon menyebut apa yang menjadi Majelis Para Tokoh, pertemuan orang-orang Yahudi terkemuka dari seluruh Kekaisaran.

Mereka ditugaskan untuk mendamaikan kode hukum Napoleon dan hukum agama Yahudi.

Orang-orang terkemuka, yang diambil dari seluruh Eropa, adalah perkumpulan orang Yahudi yang diakui secara resmi, menyatukan rekan seagama dari seluruh benua.

Mereka diberdayakan tidak hanya untuk mengatasi bentrokan kode hukum tetapi untuk menjawab pertanyaan seperti apakah orang Yahudi dan Kristen dapat menikah dan apakah orang Yahudi Prancis harus menganggap diri mereka orang Prancis.

Napoleon telah menyatukan dan memberdayakan komunitas agama yang tersebar ini dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.

5. Sanhedrin Agung

Tidak puas dengan majelis yang sangat penting ini, Napoleon menamainya, menjadikannya Grand Sanhedrin, sebuah institusi yang tidak terlihat sejak zaman Kekaisaran Romawi.

David Sinzheim, rabi agung Strasbourg, diberi jabatan presiden Sanhedrin.

Baca Juga: Ketika Kanada, Amerika Serikat, dan Kuba Menolak Pengungsi Yahudi Sebelum Perang Dunia II Hanya Karena Kefanatikan Mematikan Ini

Sanhedrin membahas dua belas pertanyaan kunci yang diajukan oleh Napoleon, dan yang akan menjadi dasar undang-undang seputar orang Yahudi.

Niat Napoleon adalah untuk membuat Kode Yahudi yang berbeda, mirip dengan Kode Napoleon, tetapi dengan mempertimbangkan praktik keagamaan. Jika

dia tidak bisa sepenuhnya menahan orang-orang Yahudi dalam kode hukum yang sama seperti orang lain, dia setidaknya bisa menjadi tangan penuntun di balik hukum mereka.

Napoleon sedang membuat para pemimpin Yahudi menjadi pembuat hukum sipil.

6. Musa dari Prancis

Adalah suatu kesalahan untuk melihat perlakuan Napoleon terhadap orang-orang Yahudi, atau kelompok lain dalam hal ini, sebagai hal yang sepenuhnya positif.

Sebuah deklarasi tahun 1808 membatasi beberapa hak hukum mereka.

Tetapi fakta bahwa dia melibatkan mereka dalam pemerintahan sendiri adalah langkah besar.

Alih-alih memberi tekanan pada orang-orang yang sering tertindas ini, dia menyatukan mereka, mendorong pengambilan keputusan yang kreatif, dan mendorong visi Yahudi Eropa sebagai satu kesatuan yang utuh.

Baca Juga: Rencana Rahasia Israel untuk Memenangkan Perang Masa Depan Terkuak, Negara Yahudi Ini 'Tidak Level' Lakukan Perang Parit Layaknya Tahun 1914

Reaksinya sangat positif. Dia dicap oleh orang-orang Yahudi terkemuka sebagai "Solomon abad kita" dan "Musa dari Prancis".

Sanhedrin membandingkannya dengan Raja Persia Cyrus, mengakhiri penawanan Babilonia di Yerusalem.

Memberdayakan orang-orang Yahudi Eropa membuat Napoleon mendapatkan dukungan yang dicarinya.

Itu juga membantu memperkuat mereka sebagai sebuah komunitas, sehingga mereka keluar dari perang Napoleon dengan lebih bersatu dan percaya diri daripada sebelumnya.

Baca Juga: Bahasa Ibrani, Salah Satu Bahasa Israel, Kuno dan Unik, Ini 11 Hal yang Perlu Anda Ketahui, Termasuk Penulisannya yang Mirip Bahasa Arab

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait