Penuntut Balas Yahudi, Mimpi Terburuk Nazi, Ingin Racuni 60.000 Tahanan Setelah Perang Dunia II, Namun Ini yang Terjadi Kemudian

K. Tatik Wardayati

Penulis

Anggota Grup Brigade Yahudi.

Intisari-Online.com – Penuntut balas Yahudi, mimpi terburuk Nazi, ingin racuni 60.000 tahanan setelah Perang Dunia 2, namun ini yang terjadi kemudian.

Apa itu zionisme? Zionisme adalah orang-orang Yahudi yang mengambil nasib mereka ke tangan mereka sendiri dan tidak membiarkan orang lain mendikte nasib mereka sendiri, menurut Dina Porat, kepala sejarawan di monumen Yad Vashem Israel.

Kisah luar biasa yang dikeluarkan The Associated Press, terungkap dalam laporan militer AS yang mengungkapkan sekelompok orang Yahudi yang selamat dari Holocaust mencoba membalas dendam pada Nazi dengan meracuni lebih dari 2.000 orang Jerman yang dipenjara di kamp tawanan perang.

Hal terakhir yang ada di benak kebanyakan orang Yahudi di akhir Perang Dunia II adalah balas dendam.

Baca Juga: Tujuh Kesalahpahaman Ini Sering Bikin Orang Israel Kesal, Salah Satunya Dikatakan Sangat Benci dengan Orang Arab, Bagaimana yang Sebenarnya?

Mereka hanya mencoba untuk membangun kembali kehidupan mereka yang hancur.

Keluarga mereka yang mati atau tercerai-berai ke empat penjuru bumi dan mencoba untuk bangkit kembali adalah apa yang memenuhi pikiran banyak orang.

Namun, pikiran balas dendam yang ada di benak sekitar 50 pria dan wanita muda ini membuat mereka menjadi anggota perlawanan.

Kelompok yang menyebut diri mereka Penuntut Balas, bertekad untuk memastikan bahwa sebanyak mungkin Nazi membayar kejahatan yang dilakukan terhadap rakyat mereka.

Baca Juga: Sisa-sisa Sinagoga Yahudi di Lithuania ini Dipulihkan Setelah Dihancurkan oleh Nazi pada Masa Perang Dunia 2

Pengadilan Nuremberg dirancang untuk menuntut para petinggi partai Nazi atas kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan pada bangsa Yahudi.

Namun banyak orang Yahudi merasa dikhianati karena banyak Nazi yang terlibat dalam pembantaian orang Yahudi lolos dari hukuman.

Joseph Harmatz (91), yang nama kodenya adalah Julek, adalah salah satu anggota Penuntut Balas terakhir yang masih hidup.

Dia sama sekali tidak menyesal sehubungan dengan rencana untuk membunuh Nazi.

Rencana awal mereka adalah agar kelompok itu meracuni pasokan air di Nuremberg.

Rencana ini, yang dirancang oleh penyair Israel, Abba Kovner, dipandang dengan keraguan karena dirasakan bahwa kematian banyak orang Jerman yang tidak bersalah tidak akan ditoleransi oleh seluruh dunia dan bahwa hal itu akan menjauhkan simpati dari orang-orang Yahudi.

Kovner menarik perhatian otoritas Inggris, dan dia terpaksa membuang racun itu ke laut sebelum dia ditangkap.

Perhatian kemudian beralih ke tawanan kamp perang Stalag 13 di Langwasser, dekat Nuremberg di mana Amerika menahan ribuan tentara SS.

Anggota Penuntut Balas itu berhasil menemukan pekerjaan di toko roti yang memasok roti ke kamp, ​​​​dan mereka membuat rencana untuk menambahkan arsenik ke roti yang dikirim ke kamp.

Baca Juga: Konflik Israel-Palestina di Tepi Barat, Orang Yahudi Ternyata 'Baru' Berbondong-bondong Mendiami Wilayah dan Dipelopori oleh Seorang Rabi Zionis

Kovner menyediakan arsenik; Harmatz mengawasi rencana itu dari luar toko roti dan tiga anggota Penuntut Balas mencampur arsenik dengan lem dan air dan menggunakan campuran itu untuk melapisi 3.000 roti.

Roti yang dipalsukan itu kemudian dikirim ke kamp dengan tujuan untuk meracuni 12.000 orang SS tetapi yang membuat kecewa kelompok tersebut adalah para prajurit hanya kesakitan, tetapi tidak ada yang meninggal karena keracunan.

Setelah serangan gagal, Harmatz, Distal dan anggota kelompok lainnya harus melarikan diri dan di perbatasan Cekoslowakia, mereka bertemu dengan seorang penyintas Auschwitz, Yehuda Maimon, yang telah menyuap penjaga perbatasan agar mereka dapat melarikan diri.

Mereka kemudian melarikan diri melalui Italia sebelum menetap secara permanen di Israel.

File menunjukkan bahwa jumlah arsenik yang digunakan seharusnya mengakibatkan kematian tentara SS dan sampai hari ini tidak ada yang yakin mengapa tidak ada kematian.

Menurut AP, salah satu memo, tertanggal 1946, menyatakan, “tiga botol air panas kosong dan tas goni berisi empat botol air panas penuh. Analisis isinya mengungkapkan bahwa mereka mengandung cukup arsenik yang dicampur dengan lem dan air untuk membunuh sekitar 60.000 orang.”

Selanjutnya dikatakan bahwa tes laboratorium menunjukkan “arsenik di bagian bawah, atas, dan sisi roti.”

Dokter yang merawat narapidana Stalag 13 melaporkan bahwa ”para SS menunjukkan gejala yang mirip dengan kolera dan termasuk muntah, diare, dan ruam kulit”.

Baca Juga: Ketika Kanada, Amerika Serikat, dan Kuba Menolak Pengungsi Yahudi Sebelum Perang Dunia II Hanya Karena Kefanatikan Mematikan Ini

Laporan tersebut menyatakan bahwa setiap roti mengandung 0,2 gram arsenik yang seharusnya berakibat fatal bagi siapa pun yang memakannya.

Pada tahun 1999 Harmatz dan Leipke Distal, yang bekerja menyamar di toko roti, mengambil bagian dalam sebuah film dokumenter televisi tentang operasi yang ditayangkan pada tahun 1999.

Harmatz tidak merasa menyesal atas serangan itu dan merasa itu adalah tugasnya untuk melakukan sesuatu sebelum menetap di Israel.

Baca Juga: Bahasa Ibrani, Salah Satu Bahasa Israel, Kuno dan Unik, Ini 11 Hal yang Perlu Anda Ketahui, Termasuk Penulisannya yang Mirip Bahasa Arab

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait