Nenek moyang suku Dayak yang tinggal di hulu-hulu sungai Arut telah memberi kepada Sultan Banjarmasin bernama Majan Laut dan Tongara Mandi telah datang dari Tabanio (Laut Darat/Tanah Laut) ke Kumai dan tinggal di situ.
Kedua bersaudara inilah yang mula-mula membawa Islam ke wilayah Kotawaringin.
Majan Laut kemudian terlibat perseteruan dengan saudaranya dan selanjutnya ia pindah dari Kumai ke Belitung dan tinggal di sana.
Tongara Mandi kemudian pindah dari Kumai ke daerah kuala Kotawaringin di mana dia sebagai pendiri Kotawaringin Lama di pinggir sungai Lamandau.
Dia kemudian meninggalkan tempat ini karena diganggu oleh lanun/perompak dan membuka sebuah kampung baru, lebih jauh kehulu, di sungai Basarah, salah satu anak sungai di sebelah kiri.
Menurut Hikayat Banjar, tokoh yang mendapat perintah dari Marhum Panembahan, sultan Banjar IV yang berkuasa 1595-1638) untuk menjabat adipati Kotawaringin bernama Dipati Ngganding dari golongan Andin dan juga sebagai mertua dari Pangeran Dipati Anta-Kasuma karena menikahi Andin Juluk, puteri dari Dipati Ngganding.
Pangeran Dipati Anta-Kusuma juga menikahi Nyai Tapu puteri dari seorang Mantri Sakai/Kepala Daerah Kahayan.
Baca Juga: Pacari Istri Orang Selama 1 Bulan Lalu Membunuhnya, Begini Akhir Perjalanan Bagus Putu Wijaya
Masa sebelumnya Sultan Mustainbillah telah menikahkan Dipati Ngganding dengan Aji Ratna puteri Aji Tunggul (adipati Pasir).
Pasangan tersebut memperoleh dua puteri yaitu Andin Juluk dan Andin Hayu.
Pangeran Dipati Anta-Kasuma membuat hubungan dengan seorang putera dari Ratu Bagus Sukadana/Ratu Mas Jaintan/Putri Bunku dan Dipati Sukadana/Panembahan Giri Kusuma dari Kerajaan Sukadana/Tanjungpura.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR