Advertorial

Apa yang Dimaksud dengan Tritura? Inilah Peristiwa yang Disebut sebagai Tonggak Lahirnya Orde Baru

Khaerunisa

Editor

Intisari-Online.com - Apa yang dimaksud dengan Tritura?

Tritura merupakan salah satu peristiwa bersejarah Indonesia yang terjadi pada tahun 1960-an atau di akhir masa Orde Lama.

Peristiwa ini juga disebut-sebut sebagai tonggak lahirnya Orde Baru.

Seperti diketahui, dalam sejarah politik Indonesia dikenal istilah Orde Lama dan Orde Baru.

Baca Juga: Penting Bagi Bangsa dan Negara Indonesia, Ini Makna Semboyan Bhinneka Tunggal Ika

Orde Lama merujuk kepada masa pemerintahan Ir.Soekarno (1945 hingga 1966), sementara Orde Baru yang berlangsung selama 32 tahun di bawah kepemimpinan Jenderal Soeharto (1966-1998).

Ketidakstabilan politik yang terjadi di akhir pemerintahan Presiden Soekarno, menyebabkan menurunnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan.

Selain itu, juga berdampak pada kondisi ekonomi yang membuat rakyat merasa kesulitan.

Akhirnnya pada 10 Januari 1966, terjadi demonstrasi secara besar-besaran yang membawa Tritura, sejumlah tuntutan yang dirumuskan dan disepakati dalam pertemuan KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia).

Baca Juga: Covid-19 Merebak Bak Seperti Tahun 2019,Jutaan Rakyat China Justru Jadi Korban Gara-gara Ulah Pemerintahnya Sendiri yang LakukanLockdown Ketat,'Kami Mati Kelaparan!'

Untuk pertama kalinya Tritura dikumandangkan di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, di mana Kolonel Sarwo Edhi, yang ketika itu sebagai komandan pasukan elite RPKAD, juga hadir dalam momen bersejarah tersebut.

Tritura sendiri merupakan singkatan dari Tri Tuntutan Rakyat atau tiga tuntutan rakyat, yang dirumuskan dan disepakati pada 9 Januari 1966, sehari sebelum diselenggarakan demonstrasi besar-besaran tersebut.

Selain di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pada hari itu juga terjadi aksi-aksi dan pendudukan tempat-tempat strategis di Jakarta.

Sementara wakil mahasiswa diterima oleh Wakil Perdana Menteri III, Chairul Saleh yang berujung pada penyerahan keputusan kepada Presiden.

Baca Juga: Pertanda Bersin Tidak Biasa Menurut Primbon Jawa Berdasarkan Waktu Kejadian, Apakah Pertanda Baik atau Buruk? Simak Ini!

Usaha para mahasiswa untuk memperbaiki kondisi politik dan memperjuangkan hak rakyat itu menjadi catatan sejarah bangsa.

Kemudian, untuk mengingat kejadian tersebut, tanggal 10 Januari juga ditetapkan sebagai Hari Tritura.

Hal yang disayangkan, dalam peristiwa itu juga terdapat korban jiwa, yaitu salah seorang demonstran dari Universitas Indonesia, Arif Rachman Hakim yang tertembak dan gugur.

Ia gugur pada 24 Februari 1966, ketika mahasiswa kembali bergerak agar Tritura dipenuhi.

Baca Juga: Jangan Panik DengarKasus'Flurona' Campuran Infeksi Virus Corona dan Flu,Para Ilmuwan Bongkar Perbedaan Gejala yang Bisa Ditemukan dalam Tubuh

Salah satunya dengan melakukan aksi sabotase pelantikan Kabinet Baru yang memaksa para calon menteri harus mencapai istana dengan menggunakan helikopter.

Dalam situasi memanas antara mahasiswa dan pasukan pengawal khusus presiden, Cakrabirawa, terjadilah insiden yang menewaskan Arif Rachman Hakim.

Sebelumnya, pada 12 Januari 1966, wakil mahasiswa diundang Presiden Soekarno di lstana Bogor untuk menghadiri sidang kabinet.

Beberapa tuntutan mahasiswa dijawab dengan penurunan harga minyak sebesar 50 persen serta upaya untuk mencari jalan keluar untuk menurunkan harga barang secara keseluruhan.

Baca Juga: Setelah Omicron Menggila dan Kasus Campuran Virus Corona dan Flu Mendadak Muncul, Kini Varian Baru Covid-19 Lainnya Ditemukan,Benarkah Lebih Berbahaya dari Keduanya?

Namun kemudian presiden Soekarno merasa janjinya sulit direalisasikan dan menuduh gerakan mahasiswa dimanipulasi dan ditunggangi oleh kekuatan neokolonialisme dan imperialisme.

Itulah yang membuat mahasiswa kembali bergerak agar Tritura dipenuhi.

Berikut ini isi Tritura atau Tiga Tuntutan Rakyat:

  1. Bubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI)
  2. Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur yang terlibat G30S
  3. Turunkan harga
Situasi di Indonesia kian memanas, hingga pada akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret yang memberikan tugas kepada Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban.

Seperti diketahui, Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar itulah yang dianggap sebagai awal muncul dan berkembangnya kekuasaan Orde Baru.

Baca Juga: Jangan Panik DengarKasus'Flurona' Campuran Infeksi Virus Corona dan Flu,Para Ilmuwan Bongkar Perbedaan Gejala yang Bisa Ditemukan dalam Tubuh

(*)

Artikel Terkait