Disebutkan pula bahwa Ken Arok berkali-kali diselamatkan dari mara bahaya berkat campur tangan dewata.
Pada suatu kejadian ketika para dewa berkumpul di Gunung Kryar Lejar, Batara Guru menyatakan bahwa Ken Arok adalah putranya dan ditetapkan akan membawa kestabilan serta kekuasaan di Jawa.
Penggambaran yang bersifat mitologis ini panjangnya hampir setengah kitab, kemudian dilanjutkan dengan cerita pendek dalam urutan kronologis dan diberi penanggalan.
Mendekati bagian akhir, penjelasan pada setiap ceritanya cukup pendek dan dilanjutkan dengan kisah kehidupan di Kerajaan Majapahit.
Kritik dari para ahli
Selain Kitab Negarakertagama, Pararaton menjadi sumber penting yang mampu mengungkap keadaan pada masa Kerajaan Singasari hingga Majapahit.
Kendati demikian, beberapa sejarawan menyangsikannya sebagai sumber sejarah.
Pakar asal Belanda, C.C. Berg, mengungkap bahwa secara keseluruhan isi Pararaton terlalu banyak menggabungkan unsur supranatural dan realitas, sehingga tidak dapat dianggap sebagai fakta-fakta sejarah.
Terlebih lagi, beberapa penanggalan dan urutan raja yang terdapat dalam Pararaton memang berbeda dari Kitab Negarakertagama, yang menurut para ahli lebih bisa dipercaya.
Sementara beberapa sejarawan lainnya masih menerima kesejarahan Pararaton pada tingkat tertentu, dengan memerhatikan kesamaan yang terdapat pada sumber sejarah lainnya.
Seperti sejarawan R. Pitono Hardjowardoyo misalnya, yang mengatakan bahwa isi Pararaton lebih beragam dari Kitab Negarakertagama.
Terlepas dari kritik para ahli, Kitab Pararaton tetap menjadi sumber penting yang dapat mengungkap sejarah Kerajaan Singasari dan Majapahit.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR