Yang tak pernah ketinggalan adalah sayuran urap yang terdiri dari bayam, kangkung, dan toge, sebagai simbol dari kedamaian, keyakinan, serta kesuburan.
“Dalam konsep Jawa, dikenal ungkapan ‘sangkan paraning dumadi’(tahu dari mana dan akan ke mana segala makhluk, ‘mulih ing mulanira’ (kembali ke asalnya),” terang Ari.
“Agar kembali ke Tuhan atau kaitannya dengan konsep surga dan neraka, manusia harus berbuat baik dan berhati-hati dalam hidup di dunia yang penuh carut-marut seperti lambang dari lauk-pauk nasi tumpeng,” tambahnya lagi.
Nasi tumpeng ini biasanya disajikan sebagai syarat untuk menyelenggarakan upacara adat dari suku Jawa, Madura, Sunda, dan Bali.
Dan upacara adat yang dilakukan ini biasanya berkaitan dengan daur kehidupan seseorang, mulai dari kehamilan, kelahiran, perkawinan, hingga kematian, mengutip dari buku Aneka Kreasi Tumpeng.
Namun, kini nasi tumpeng pun tak hanya disajikan dalam upacara adat, tetapi juga disajikan dalam berbagai acara syukuran, seperti Hari Kemerdekaan Indonesia, yang terkadang disajikan dalam bentuk nasi tumpeng merah-putih, melambangkan warna bendera Indonesia.
Memotong tumpeng yang benar
Kalau dulu kita sering melihat memotong tumpeng dengan dipotong di bagian puncaknya terlebih dahulu baru kemduian potongan tersebut disajikan di piring dengan aneka lauk dan diberikan kepada orang yang sudah kita pilih.
Ternyata, proses pemotongan itu salah karena dianggap bisa menyalahi filosofi tumpeng.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR