Murdijati Gardjito, penleiti di pusat studi pandan dan gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menjelaskan makna dan cara makan tumpeng yang benar, melansir kompas.com
Tumpeng yang berbentuk kerucut, lebar di bawah dan runcing di atas merupakan representasi Gunung Mahameru di India yang kemudian dipindahkan untuk menstabilkan pulau Jawa yang terguncang-guncang.
Gunung Mahameru dianggap sebagai tempat sakral, tempat bermukimnya para dewa.
Maka bagian atas tumpeng terdiri dari satu butir nasi yang merupakan simbol dari Tuhan Yang Maha Esa, semakin ke bawah adalah umat dengan berbagai tingkat kelakuannya.
Menurut Murdjati, makin banyak umat yang kelakuannya tidak baik, sementara yang sempurna hanya sedikit.
Oleh karena itu, tumpeng tidak boleh dipotong puncaknya.
Memotong tumpeng di bagian puncaknya akan menyalahi filosofi tumpeng yang merupakan representasi hubungan manusia dengan Tuhan, yang berarti memotong hubungan umat dengan Tuhan.
Lauk yang berada di sekeliling bawah tumpeng pun tidak akan terambil jika memotong tumpeng di bagian puncak.
Menurut Murdjati, maka cara makan tumpen gyang benar adalha harus dimakan bersama-sama, istilahnya dikepung.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR